Harga Minyak Turun Akibat Terhambatnya Pemulihan Ekonomi Global

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 84 sen, atau 1,9 persen menjadi USD 44,06 per barel.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Agu 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 09:00 WIB
Bursa Saham AS Positif Bikin Harga Minyak Naik
Harga minyak cenderung variatif didorong sentimen ketegangan Rusia-Ukraina dan serangan Amerika Serikat ke Irak.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) karena pemulihan ekonomi di seluruh dunia mengalami hambatan akibat diperbaruinya kebijakan lockdown guna menekan penyebaran virus corona. Hal ini terjadi ketika produsen minyak mentah global utama membatasi pasokan minyak mentah.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (22/8/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 84 sen, atau 1,9 persen menjadi USD 44,06 per barel. Hal ini menuju penurunan mingguan hampir 2 persen.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate ditutup turun 48 sen atau 1,12 persen ke level USD 42,34 per barel.

"Saat ini, kekhawatiran tentang permintaan dan peningkatan kasus Covid-19 tampaknya menjadi alasan utama mengapa harga minyak melemah," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.

Impor minyak mentah India turun pada perdagangan Juli ke level terendah sejak Maret 2010. Sementara volume berkendara di AS turun 13 persen pada perdagangan Juni dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Departemen Perhubungan A.S.

Perusahaan minyak nasional Libya mengatakan dapat memulai kembali ekspor minyak setelah pemerintah negara Afrika Utara yang diakui secara internasional di Tripoli ini mengumumkan gencatan senjata, yang semakin menekan harga minyak.

"Ini adalah pasar yang tidak mampu menyerap barel tambahan," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, New York.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, difokuskan untuk memastikan anggota yang telah berproduksi berlebihan terhadap komitmen mereka akan mengurangi produksi.

Sebuah laporan internal menunjukkan kelompok itu menginginkan kelebihan pasokan antara Mei dan Juli dikompensasi dengan pemotongan bulan ini dan berikutnya, Reuters melaporkan.

Itu juga menunjukkan OPEC+ memperkirakan permintaan minyak pada 2020 turun 9,1 juta barel per hari, dan sebanyak 11,2 juta barel per hari jika ada kebangkitan infeksi virus corona.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan Sebelumnya

harga-minyak-mentah-merosot-130413b.jpg
Harga minyak

Sebelumnya, Harga minyak jatuh pada hari Kamis setelah Reuters melaporkan OPEC + perlu mengatasi kelebihan pasokan harian lebih dari 2 juta barel. Di sisi lain, jumlah klaim tunjangan pengangguran AS naik secara tak terduga. Hal ini menandakan pemulihan ekonomi yang lambat.

Dikutip dari laman CNBC, Jumat (21/8/2020), harga minyak mentah Brent turun USD 1,24, atau 2,7 persen menjadi USD 44,13 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate ditutup 35 sen, atau 0,82 persen, lebih rendah pada USD 42,58 per barel.

"Sementara fundamental pasar minyak mungkin sudah mulai normal, sebagian besar kemajuan datang dari sisi penawaran, sementara permintaan terus mengecewakan," kata Emily Ashford, analis energi di Standard Chartered Bank.

Penguatan dolar AS, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, juga menekan harga, kata analis, membuat mereka terjebak dalam kisaran perdagangan yang sempit.

Harga minyak telah naik sejak pertengahan Juni, dengan perdagangan Brent dari USD 40 menjadi USD 46 per barel dan WTI antara USD 37 dan USD 43.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, mengatakan pada hari Rabu bahwa laju pemulihan pasar minyak tampaknya lebih lambat dari yang diantisipasi dengan meningkatnya risiko dari gelombang kedua pandemi yang berkepanjangan.

Harga minyak berada di bawah tekanan baru setelah Reuters melaporkan bahwa beberapa anggota OPEC + perlu memangkas produksi tambahan 2,31 juta barel per hari (bph) untuk menutupi kelebihan pasokan baru-baru ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya