2 Badai Besar Hampiri Perairan AS, Harga Minyak Melonjak

Permintaan bahan bakar seperti bensin dan solar hampir mati akhir-akhir ini karena pandemi Covid-19.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Agu 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dua Badai tengah mendekati di Perairan Teluk Meksiko yang memaksa operasional tambang minyak tutup untuk sementara waktu. Hal ini mendorong kenaikan harga minyak.

Namun memang, sentimen terbesar yang akan mempengaruhi harga minyak adalah pemulihan ekonomi global yang terjatuh dalam akibat dampak dari COvid-19.

“Permintaan bahan bakar seperti bensin dan solar hampir mati akhir-akhir ini karena pandemi. Jadi sulit untuk bisa reli hanya karena adanya badai ganda yang luar biasa ini,” kata analis Again Capital John Kilduff memgutip CNBC, Selasa (25/8/2020).

Badai Marco diperkirakan akan datang lebih dulu, telah melemah saat mendekati pantai dan turun menjadi badai tropis pada Minggu malam. Badai Laura masih kuat dan bisa mengancam produksi migas lepas pantai.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate, yang menjadi patokan minyak AS, naik 28 sen atau 0,66 persen menjadi USD 42,62 per barel. Sedangkan harga patokan internasional minyak mentah Brent naik 78 sen atau 1,76 persen menjadi USD 45,13 per barel.

Pemerintah AS mengumumkan, Hingga Minggu, sekitar 57,6 persen produksi minyak lepas pantai di Teluk Meksiko telah ditutup, atau sekitar 1,07 juta barel per hari.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Perdagangan Sebelumnya

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, harga minyak turun pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) karena pemulihan ekonomi di seluruh dunia mengalami hambatan akibat diperbaruinya kebijakan lockdown guna menekan penyebaran virus corona. Hal ini terjadi ketika produsen minyak mentah global utama membatasi pasokan minyak mentah.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (22/8/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 84 sen, atau 1,9 persen menjadi USD 44,06 per barel. Hal ini menuju penurunan mingguan hampir 2 persen.

 

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate ditutup turun 48 sen atau 1,12 persen ke level USD 42,34 per barel.

"Saat ini, kekhawatiran tentang permintaan dan peningkatan kasus Covid-19 tampaknya menjadi alasan utama mengapa harga minyak melemah," kata Phil Flynn, Analis Senior di Price Futures Group di Chicago.

Impor minyak mentah India turun pada perdagangan Juli ke level terendah sejak Maret 2010. Sementara volume berkendara di AS turun 13 persen pada perdagangan Juni dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Departemen Perhubungan A.S.

Perusahaan minyak nasional Libya mengatakan dapat memulai kembali ekspor minyak setelah pemerintah negara Afrika Utara yang diakui secara internasional di Tripoli ini mengumumkan gencatan senjata, yang semakin menekan harga minyak.

"Ini adalah pasar yang tidak mampu menyerap barel tambahan," kata John Kilduff, Partner di Again Capital LLC, New York.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, difokuskan untuk memastikan anggota yang telah berproduksi berlebihan terhadap komitmen mereka akan mengurangi produksi.

Sebuah laporan internal menunjukkan kelompok itu menginginkan kelebihan pasokan antara Mei dan Juli dikompensasi dengan pemotongan bulan ini dan berikutnya, Reuters melaporkan.

Itu juga menunjukkan OPEC+ memperkirakan permintaan minyak pada 2020 turun 9,1 juta barel per hari, dan sebanyak 11,2 juta barel per hari jika ada kebangkitan infeksi virus corona.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya