Yuan China Diprediksi jadi Mata Uang Terbesar ke-3 Dunia di 2030

Yuan menyumbang sekitar 2 persen dari aset cadangan devisa global dan akan naik menjadi antara 5 persen dan 10 persen pada 2030 melampaui level yen Jepang dan pound Inggris.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2020, 21:00 WIB
20150813-Yuan China Bikin Geger Dunia Keuangan
Seorang wanita melewati simbol yuan Cina dan dolar AS di Hong Kong. Foto diambil pada 28 November 2012. Langkah Bank Sentral China pada 11 Agustus 2015 menurunkan nilai tukar yuan terhadap dolar AS langsung membuat pelaku pasar ketakutan. (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan investasi asing ke pasar China dapat meningkatkan penggunaan yuan, mendorongnya menjadi mata uang cadangan terbesar ketiga di dunia, setelah dolar AS dan Euro.

Hal ini disampaikan oleh analis Morgan Stanley dalam sebuah laporannya yang dilansir dari CNBC, Selasa (8/9/2020). Perkiraan itu muncul karena pemerintah China telah mencoba selama bertahun-tahun untuk mempromosikan penggunaan internasional yuan, yang juga dikenal sebagai renminbi (RMB). 

Saat ini, yuan menyumbang sekitar 2 persen dari aset cadangan devisa global. Tapi itu bisa naik menjadi antara 5 persen dan 10 persen pada 2030, melampaui level yen Jepang dan pound Inggris, kata para analis. Perkiraan tersebut mengulangi prediksi yang dibuat bank pada Februari 2019.

Dalam 18 bulan sejak itu, pemerintah China telah meningkatkan upayanya untuk memungkinkan lebih banyak lembaga keuangan asing masuk ke pasar domestik. Investor luar negeri juga semakin beralih ke pasar China karena potensi keuntungan yang relatif lebih tinggi daripada wilayah lain.

Arus masuk investasi akan menjadi lebih penting daripada investasi asing langsung dalam dekade berikutnya, dengan arus masuk kumulatif USD 3 triliun, prediksi Morgan Stanley. 

“Kami memperkirakan manajer swasta dan cadangan akan menghasilkan lebih dari USD 150 miliar total arus masuk ke China pada 2020, untuk tahun ketiga berturut-turut, menyoroti transformasi yang sedang berlangsung. Arus masuk tahunan harus mencapai USD 200-300 miliar pada 2021-30,” kata laporan itu.

Dengan investasi ini, lebih banyak aset global akan disimpan dalam yuan, yang telah berjuang untuk mendapatkan daya tarik di tingkat internasional. Pemerintah China secara tradisional memegang erat mata uang, termasuk mencegah sejumlah besar modal meninggalkan negara itu. 

Namun, pada 2015 Dana Moneter Internasional melakukan langkah politik yang signifikan dengan menambahkan yuan ke dalam sekeranjang mata uang cadangan utamanya - yang dikenal sebagai keranjang hak penarikan khusus. Yuan telah ditambahkan ke keranjang IMF di Oktober 2016 .

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penguatan Yuan

[Bintang] Yuan
Ilustrasi mata uang Yuan (Sumber Foto: Quartz)

Morgan Stanley memperkirakan yuan kemungkinan akan menguat menjadi 6,6 yuan versus dolar AS pada akhir 2021. Yuan Tiongkok diperdagangkan mendekati 6,85 yuan versus dolar pada hari Jumat (4/9).

″(Target 5 persen hingga 10 persen) bukan tidak realistis mengingat pembukaan pasar keuangan di Tiongkok, integrasi pasar modal lintas batas yang berkembang yang kami lihat di seluruh ekuitas dan pendapatan tetap, serta peningkatan proporsi transaksi lintas batas Tiongkok yang berdenominasi RMB. Semua ini menunjukkan bank sentral global perlu menahan lebih banyak RMB sebagai bagian dari cadangan mereka,” kata ahli strategi internasional Morgan Stanley James Lord dalam laporannya. 

“Pada akhir 2019, ada sekitar 70 bank sentral di seluruh dunia yang memiliki cadangan RMB, naik dari 60 pada akhir 2018, menurut laporan internasionalisasi RMB tahunan PBOC,” kata Lord, mengacu pada People’s Bank of China, bank sentral negara itu.

Yang juga mendukung tesis analis adalah perubahan pendorong ekonomi China terutama ketergantungan pada ekspor untuk pertumbuhan akan mengharuskan negara tersebut menjadi importir modal. Laporan tersebut memproyeksikan transaksi berjalan negara, yang mencakup perdagangan dan pembayaran kepada investor asing, dapat berubah negatif mulai tahun 2025 dan mencapai negatif 1,2 persen dari PDB pada tahun 2030.

“Ini berarti setidaknya USD 180 miliar arus masuk modal asing bersih per tahun pada tahun 2025-30 diperlukan untuk membiayai defisit neraca berjalan,” kata laporan itu.

Reporter: Erna Sulistyowati

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya