Warren Buffet Jadi Miliarder Paling Dermawan versi Forbes

Dalam pemeringkatan tersebut, Forbes menghitungnya dari pemberian dollar Amerika Serikat (USD) yang diberikan oleh yayasan miliarder, plus hibah langsung yang bisa dilacak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 21:00 WIB
banner infografis
Ilustrasi Miliarder (Liputan6.com/Deisy)

Liputan6.com, Jakarta Forbes merilis peringkat miliarder dunia paling dermawan. Daftar tersebut diambil dari miliarder paling banyak bersedekah yang masuk dalam jajaran Forbes 400.

Dalam pemeringkatan tersebut, Forbes menghitungnya dari pemberian dollar Amerika Serikat (USD) yang diberikan yayasan para miliarder, plus hibah langsung yang bisa dilacak.

Namun, Forbes tidak menghitung donasi dana yang masih dijanjikan. Oleh karenanya, rencana hibah sebesar USD 1 miliar dari bos Twitter Jack Dorsey untuk mendukung pemberantasan Covid-19 hanya dihitung berdasarkan yang telah terealisasi.

Seperti dikutip Forbes, Kamis (9/9/2020), miliarder paling dermawan yakni CEO Berkshire Hathaway Warren Buffet. Secara perhitungan, ia diperkirakan telah menyisihkan USD 40 miliar hartanya untuk berdonasi.

Jumlah tersebut bernilai sangat besar dari total kekayaan Buffet yang mencapai USD 73,5 miliar. Sumbangan itu didistribusikan ke beberapa organisasi nirlaba, termasuk lewat yayasan Bill and Melinda Gates.

Jika diukur dari persentase kekayaan bersih, filantropis yang paling dermawan yakni George Soros selaku Hedge Find Manager. Dirinya tercatat telah mendonasikan 64 persen dari total kekayaan bersihnya.

Soros tercatat telah menyumbang lebih dari USD 15 miliar kepada organisasi nirlaba seperti Open Society Foundations, serta yayasan hibah internasional yang mendukung pendidikan, kesehatan publik, hingga media independen.

Secara keseluruhan, ada USD 172 miliar harta yang dikeluarkan oleh sebanyak 74 miliarder Forbes 400, yang kekayaan bersihnya mencapai USD 3,2 triliun.

Berikut daftar miliarder Forbes 400 paling dermawan yang disusun berdasarkan perhitungan tersebut:

- Skor 1, miliarder yang menyumbang kurang dari 1 persen kekayaannya, seperti Bos Amazon Jeff Bezos dan ahli waris Wallmart Jim Walton dan Rob Walton.

- Skor 2, miliarder yang menyumbang 1-4,99 persen dari kekayaannya, seperti Oprah Winfrey dan Bos Twitter Jack Dorsey.

- Skor 3, miliarder yang menyumbang 5-9,99 persen dari kekayaannya, seperti pemilik New England Patriots Robert Kraft.

- Skor 4, miliarder yang menyumbang 10-19,99 persen dari kekayaannya, seperti Bos Microsoft Bill Gates dan Michael Bloomberg.

- Skor 5, miliarder yang menyumbang 10-19,99 persen dari kekayaannya, seperti Warren Buffet, George Soros, dan Lynn Schusterman.

Saksikan video di bawah ini:

Lika-Liku Bos Netflix Rekrut Pegawai, yang Terbaik Berhak Dapat Gaji 10 Kali Lipat

Netflix
Netflix (digitaltrends.com)

Dalam beberapa tahun pertama Netflix berdiri, perusahaan tersebut tumbuh dengan cepat dan harus merekrut lebih banyak teknisi perangkat lunak seperti programmer.

Dengan pemahaman baru bahwa pegawai berbakat dapat menjadi mesin pencetak kesuksesan perusahaan, CEO Of Netflix Reed Hastings rela memberikan bayaran hingga 10 kali lipat bagi yang calon pegawai terbaik.

"Di Sillicon Valley, kebanyakan programmer bekerja pada Google, Apple dan Facebook dengan bayaran tinggi. Sedangkan kami tidak punya cukup uang untuk menarik mereka. Tapi sebagai seorang teknisi, saya akrab dengan konsep yang telah dipahami dunia perangkat lunak sejak 1968 yang dikenal sebagai 'prinsip rocks-tar'," papar Hastings seperti dikutip dari CNBC, Rabu (9/9/2020).

Prinsip tersebut berasal dari sebuah studi ternama yang dilakukan di lahan parkir di Santa Monica, California. Saat itu, sebanyak 9 calon programmer diminta masuk ke dalam sebuah ruangan dengan banyak komputer di dalamnya.

Setiap calon pegawai menerima amplop berisi rangkaian tugas coding dan debugging yang harus diselesaikan dalam waktu dua jam. Para peneliti menduga bahwa programmer terbaik dapat mengungguli pesaingnya dengan selisih sedikit saja.

Faktanya, programmer paling terampil sangat jauh melampaui pelamar dengan kemampuan terendah. Ia mampu melakukan coding 20 kali lebih cepat, 25 kali lebih cepat untuk urusan debugging, dan 10 kali lebih cepat saat eksekusi program dibandingkan dengan programmer dengan nilai terendah.

Studi tersebut menyebar di kalangan industri perangkat lunak sejak hasilnya dirilis. Para manajer menyadari bagaimana sebagian programmer layak mendapatkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan rekan kerjanya.

"Dengan jumlah gaji tetap dan proyek yang perlu saya selesaikan, saya dihadapkan pada pilihan: Rekrut 10 hingga 25 programmer dengan kemampuan rata-rata atau merekrut seorang 'rock-star' dan membayarnya sangat tinggi lebih dari saya membayar orang lain, jika memang perlu," terang Hastings.

Setelah beberapa tahun, dia menyadari bahwa programmer yang handal tidak hanya menambah nilai perusahaan sebesar 10 kali lipat. Mereka menambah nilai perusahaan hingga 100 kali lipat besarnya.

"Di Netflix, kebanyakan dari posisi kerja bergantung pada kemampuan pegawai untuk berinovasi dan mengeksekusinya dengan kreatif. Pada semua peran kreatif, yang terbaik dapat dengan mudah mendapatkan gaji 10 kali lipat dari rata-rata," ujarnya.

Hastings menegaskan, begitulah cara Netflix merekrut pegawai. Dan pendekatan tersebut terbukti sukses besar.

"Kami benar-benar meningkatkan kecepatan inovasi dan output kami," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya