Tips Terapkan Protokol Kesehatan di KRL dari Dokter Reisa

Menurut Reisa upaya pertama yang harus dilakukan oleh seluruh pengguna adalah memakai masker dengan benar.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2020, 15:25 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2020, 15:25 WIB
Reisa Broto Asmoro
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah sukses berinovasi salah satunya APD saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (24/6/2020). (Dok BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna moda transporasi kereta rel listrik (KRL) mengeluh sulit untuk menjaga jarak aman atau physical distancing. Kesulitan jaga jarak tersebut terutama saat jam kerja bagi pengguna KRL rute Bogor-Jakarta Kota. Dokter Reisa Broto Asmoro yang merupakan mantan juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 pun menanggapi keluhan tersebut. 

"Terkait naik kereta KRL dari Depok-Sudirman pada rute Bogor-Jakarta Kota di jam kerja, seperti berdesakan sampai tidak ada space. Sehingga kesulitan untuk melakukan jaga jarak. Namun, ada hal yang bisa diterapkan oleh pengguna," tegas dia dalam diskusi virtual yang digagas oleh BNPB, Rabu (9/9/2020).

Menurut Reisa upaya pertama yang harus dilakukan oleh seluruh pengguna adalah memakai masker dengan benar. Hal ini untuk meminimalisir penularan virus Covid-19 dalam ruang yang terbatas.

Kemudian, seluruh pengguna juga diminta untuk tidak berbicara, baik di dalam angkutan KRL ataupun di area stasiun yang padat. Mengingat berbagai temuan menyimpulkan bahwa air liur sebagai media yang baik bagi penularan virus Corona jenis baru tersebut.

"Kita harus basic menentukan penularan virus Covid-19. Yakni, melalui percikan air liur. Maka yang harus pertama di sadari setelah memakai masker, yaitu tidak boleh berbicara untuk mengurangi risiko penularan," terangnya.

"Jadi ketika di ruangan kecil atau diesklator stasiun yang sempit. Kita tidak boleh juga bertatap muka secara langsung dengan mengobrol untuk mengurangi penularan lewat air liur," imbuh dia.

Lebih jauh, Reisa memberikan tips menarik yang bisa dilakukan pengguna KRL agar tidak bosan saat menghabiskan waktu di sepanjang perjalanan ataupun di ruang tunggu stasiun. Yakni dengan membaca buku kegemaran ataupun mendengarkan musik melalui earphone.

"Sehingga aturan untuk dilarang berbicara oleh pengguna harus dipatuhi. Agar tidak bosan kita bisa disibukkan dengan diiringi membaca buku atau mendengarkan musik dengan sambungan (earphone)," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pengguna Angkutan Umum Harus Ubah Perilaku Sesuai Protokol Kesehatan

FOTO: Wajah Baru Jak Lingko All New Purwarupa
Selebaran info protokol kesehatan COVID-19 terpampang pada kaca belakang angkutan Jak Lingko All New Purwarupa Mikrotrans, Jakarta, Minggu (6/9/2020). All New Purwarupa mampu mengangkut hingga 15 penumpang, namun selama pandemi dibatasi 50 persen atau maksimal 7 orang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, pengguna kendaraan umum harus patuh menerapkan protokol kesehatan secara ketat di era kebiasaan baru. Sebab kepatuhan untuk mengimplementasikan protokol kesehatan diyakini dapat menekan tingkat penularan Covid-19 hingga mencapai 85 persen.

"Terkait dengan naik angkutan umum kita harus patuh terhadap protokol kesehatan. Seperti menggunakan masker, membawa hand sanitizer dan jaga jarak. Maka jika dipraktikan akan menurunkan risiko tertular Covid-19 hingga 85 persen," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Dr Sonny Harry B. Harmadi, dalam diskusi virtual yabg digagas oleh BNPB, Rabu (9/9/2020).

 

Sonny menjelaskan, sesuai dengan protokol kesehatan, masker mempunyai manfaat yang penting untuk meminimalisir paparan air liur yang tidak sengaja dikeluarkan oleh sesama pengguna transportasi umum. Sesuai hasil penelitian air liur diyakini merupakan media yang baik bagi penularan virus mematikan asal kota Wuhan, China.

"Sehingga saat kita mengenakan masker kita akan melindungi diri dari paparan virus. Maka menggunakan masker akan juga melindungi sesama pengguna angkutan umum karena kita meminimalisir penularan yang terjadi," jelas dia.

Sementara terkait manfaat membawa hand sanitizer, dia menyebut sebagai suatu tindakan antisipasi untuk memastikan kebersihan tangan tetap terjaga. "Karena kan tidak semua transportasi umum menyediakan fasilitas tempat cuci tangan atau wastafel," ujarnya.

Sedangkan menjaga jarak, sambung Sonny, penting untuk meminimalisir kontak fisik antar sesama pengguna angkutan umum. Adapun batas aman yang dianjurkan yakni berkisar satu meter.

Kendati demikian, dia juga memahami bahwa mayoritas pengguna kerap kesulitan untuk menerapkan jarak aman hingga satu meter. Untuk itu, seluruh pengguna diminta menggunakan jaket sebagai pelindung diri atau membawa baju ganti untuk mencegah potensi penularan virus Covid-19.

"Karena kan kita tidak pernah tahu. Saat kita berkontak fisik secara tidak sengaja itu ada virus yang menempel," imbuh dia.

Sonny menambahkan, kepatuhan pengguna angkutan umum untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat juga mempercepat upaya pemulihan ekonomi nasional. Mengingat masyarakat dapat tetap produktif dalam menjalankan berbagai aktivitas ekonomi di era kebiasaan baru ini.

"Jadi, kami berusaha mendorong perubahan perilaku oleh masyarakat atau pengguna angkutan umum untuk menerapkan protokol kesehatan. Karena berbagai upaya pemulihan ekonomi nasional, juga mencakup adanya kegiatan ekonomi tetap berjalan lancar dengan protokol kesehatan," tegas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya