PT SMI Dapat Pinjaman Rp 10 Triliun, untuk Apa?

PT SMI telah menghimpun dana dari berbagai sumber yang berasal dari pasar modal, perbankan, dan institusi internasional.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Sep 2020, 17:49 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2020, 17:49 WIB
PT SMI menandatangani Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore terbesar senilai USD 700 juta.
PT SMI menandatangani Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore terbesar senilai USD 700 juta.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) membuktikan performanya dalam menarik investor asing ke dalam sektor infrastruktur. Hal tersebut dengan diperolehnya fasilitas pinjaman sindikasi dari mitra perbankan asing sebesar USD 700 juta atau Rp 10,26 triliun.

Direktur Utama PT SMI (Persero) Edwin Syahruzad menjelaskan, saat ini total aset perusahaan Rp 79,8 triliun dan total ekuitas Rp 37 triliun, Untuk nilai proyek yang dibiayai oleh PT SMI hingga Juli 2020 mencapai Rp 678,16 triliun, dan total komitmen Rp 99,9 triliun dan total outstanding Rp 65,8 triliun.

"Hal ini membuktikan bahwa sektor infrastruktur adalah asset class yang sangat diminati,” kata Edwin, dalam penandatangan Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore dengan mitra perbankan asing, di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

Ia menyebut berbagai proyek yang telah difasilitasi PT SMI dari berbagai sektor telah memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang besar. Hingga Juli 2020, PT SMI mampu memberikan efek pengganda hingga 6,79 kali dari total komitmen dan 22,22 kali dari modal disetor.

Hal itu sejalan dengan visi PT SMI dalam mendukung percepatan penyediaan infrastruktur di Indonesia, dengan fasilitas pembiayaan yang kreatif dan inovatif dan memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat di Indonesia

Lanjut Edwin, PT SMI telah menghimpun dana dari berbagai sumber yang berasal dari pasar modal, perbankan, dan institusi internasional. Sejak 2014, PT SMI aktif menerbitkan obligasi dan mendapat respon yang baik dan beberapa kali oversubscribed, baik dari investor lokal maupun asing.

Total obligasi yang diterbitkan mencapai Rp 29 triliun, PT SMI menjadi emiten dengan outstanding obligasi korporasi terbesar ke 4 di Indonesia.

Dari total obligasi outstanding sebesar Rp 23 triliun, 20 persen diantaranya dimiliki oleh investor asing, sehingga menegaskan kepercayaan investor terhadap Indonesia sangat tinggi, khususnya pada PT SMI dan sektor infrastruktur.

“Kepercayaan investor kepada PT SMI tidak lepas dari peringkat korporasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat lokal dan internasional. Dengan peringkat idAAA (stable outlook) yang disandang PT SMI, PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menilai dampak COVID-19 terhadap industri pembiayaan infrastruktur moderat,” jelasnya.

Sebagaimana sejalan dengan periode sebelumnya, di bulan Mei 2020 PT SMI secara konsisten meraih rating BBB dan AAA (idn) pada level internasional (stable outlook) dari Fitch Ratings, yang membuktikan PT SMI memiliki kemampuan yang kuat.

Bila dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi komitmen keuangan jangka panjang, serta selalu berupaya mempertahankan kinerja yang baik dan terus berinovasi untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan.

PT SMI Dapat Pinjaman dari Bank Asing Senilai Rp 10,26 Triliun

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) menandatangani Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore  terbesar senilai USD 700 juta.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) menandatangani Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore terbesar senilai USD 700 juta.

Sebelumnya, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI) menandatangani Perjanjian Pinjaman Sindikasi offshore terbesar senilai USD 700 juta atau Rp 10,26 triliun. Pinjaman ini dari mitra perbankan asing, yakni MUFG Bank Ltd, United Overseas Bank (UOB), Standard Chartered Bank, Bank of China (Hong Kong), dan Bank Chinatrust (CTBC Bank).

“Saya mengucapkan terimakasih atas kerja keras ini, sehingga bisa sukses, minimal bisa untuk kepastian likuiditas SMI sampai tahun depan yang paling penting, saya rasa likuiditas pada saat ini merupakan hal paling kritikal, karena kita tahu bersama sedang menghadapi krisis, dampaknya kita harus sedia payung untuk menghadapi likuiditas khususnya terkait aset,” kata Direktur Utama PT SMI (Persero) Edwin Syahruzad, dalam sambutannya, di Jakarta, Kamis (10/9/2020).

 

Perjanjian ini menjadi sinyal bahwa sektor pembangunan infrastruktur memiliki daya tahan atau resilience, sehingga akan terus menjadi sektor strategis di tanah air, meskipun di tengah ancaman resesi ekonomi.

Pihaknya berharap, keberlanjutan pembangunan infrastruktur dapat menjadi pemicu untuk membangun kembali perekonomian pada fase recovery dari pandemi.

Ia menjelaskan, target awal pinjaman adalah sebesar USD 500 juta dengan opsi greenshoe sebesar USD 200 juta. Namun permintaan yang tinggi, PT SMI berhasil mendapatkan total pinjaman sindikasi senilai USD 700 juta, meskipun di tengah kondisi pelemahan ekonomi karena pandemi COVID-19.

Adapun rencana penggunaan dana pinjaman sindikasi ini adalah untuk refinancing dan memenuhi kebutuhan pembiayaan baru, yang diperuntukkan bagi pembangunan proyek-proyek infrastruktur, sehingga struktur asset liability management perusahaan akan menjadi lebih baik dan sehat.

“Berbagai proyek yang telah difasilitasi PT SMI dari berbagai sektor telah memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang besar. Hingga Juli 2020, PT SMI mampu memberikan efek pengganda hingga 6,79 kali dari total komitmen dan 22,22 kali dari modal disetor,” katanya.

Lanjut Edwin, nantinya fasilitas senilai USD 700 juta ini akan ditarik secara parsial, tidak semuanya ditarik di depan, di mana penarikan pertama untuk pelunasan dari fasilitas bridging loan itu sendiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya