Luhut Sebut Indonesia Bisa Produksi Baterai Lithium Mobil Listrik di 2024

Indonesia bisa jadi pemain penting dalam peta produksi industri mobil listrik dunia. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement 2030.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2020, 20:31 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 20:31 WIB
Menko Luhut Bahas Industri Mobil Listrik Nasional Bareng DPR
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan pada 2024, Indonesia sudah bisa memproduksi lithium baterai tipe 811 yang merupakan jenis baterai dengan teknologi terkini di masanya nanti.

"Di tahun 2024 kita harap sudah produksi lithium battery tipe terbaru yaitu 811, dan ada recycling program juga untuk baterai itu," kata Luhut dalam Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Dia menuturkan, sektor hilirisasi mineral berkontribusi dalam menopang perekonomian Indonesia selama pandemi. Sektor ini diyakini akan terus berkontribusi hingga pandemi telah berlalu karena sektor hilirisasi tidak terdampak terlalu dalam.

Ekspor produk turunan yang dihasilkan dari pabrik pengolahan semakin menunjukkan dampak positif. Hilirisasi nikel akan dikembangkan sampai menghasilkan baterai lithium dan motor listrik.

Luhut menuturkan saat ini banyak investor lebih tertarik dengan industri hijau. Dalam hal ini Indonesia bisa jadi pemain penting dalam peta produksi industri mobil listrik dunia. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Paris Agreement 2030.

"Ini juga termasuk komitmen Indonesia untuk mencapai Paris Agreement pada 2030. Nantinya di Eropa juga tidak akan membolehkan lagi combustion car," kata Luhut.

 

20160517- Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan-Jakarta- Herman Zakharia
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Luhut menyebutkan, selama periode 2014-2019, ekspor besi dan baja di luar kendaraan telah meningkat dari angka USD 1,1 miliar menjadi USD 7,4 miliar.

Pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab juga memberikan nilai tambah secara signifikan. Dari USD 612 juta menjadi USD 6,24 miliar. Meningkat hingga 10 kali lipat.

Pemerintah juga terus mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dari gasifikasi batubara. Beberapa waktu lalu telah ditandatangani perjanjian kerja sama proyek industri Coal to Methanol (CTM) di Batuta Industrial Chemical Park di Bengalon, Kutai Timur. Adapun nilai proyek tersebut sebesar USD 2 miliar.

Saat ini pemerintah tengah fokus menyiapkan langkah untuk mengembangkan proyek energi terbarukan. Hal ini dilakukan untuk mendukung pengembangan industri hijau.

Mantan Menko Polhukam ini melihat,Indonesia memiliki potensi besar dalam investasi di industri ini. Sehingga tidak lagi ada alasan baginya untuk pesimis terhadap bangsa sendiri.

"Potensi kita juga ternyata sangat besar di sini. Jadi saya mau katakan, tidak ada alasan untuk kita tidak optimis bahwa negara ini akan menjadi negara besar,"katanya mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya