Meski Vaksin Sudah Ditemukan, Sektor Ekonomi Masih Dibayangi Ketidakpastian

Kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan berarti situasi menjadi buruk.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 21:11 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 21:10 WIB
FOTO: Sri Mulyani Bahas Program PEN Bersama Komisi XI DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana (kanan) saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyadari bahwa meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi di Indonesia sudah mulai terlihat tetapi masih rentan. Bahkan meskipun vaksin telah ditemukan, pemulihan ekonomi juga masih rentan.  

“Ini masih sangat dini dan terlalu rentan bagi kita melihat pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam webinar LPS, Rabu (16/9/2020).

Dia mengatakan, sekalipun pemerintah sudah mendapatkan harapan akan mendapatkan vaksin di akhir tahun, itu semua belum cukup untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Sebab, vaksin sendiri membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama bagi banyak negara.

"Because covid masih di sini bersama kita meksipun banyak hope dan diskusi mengenai vaksin tapi ini membutuhkan waktu lebih lama bagi banyak negara," kata dia.

Bendahara Negara ini menambahkan, selama masih adanya virus corona maka akan memberikan ketidakpastian bagi seluruh negara, termasuk Indonesia. Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 ini juga yang membuat perekonomian Indonesia mengalami kontraksi 5,32 persen di kuartal II 2020.

Namun menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan berarti situasi menjadi buruk. Sebab kontraksi ekonomi RI masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

“Indonesia masih dealing dengan ketidakpastian ini, meskipun jika dibandingkan negara-negara lain kontraksi ekonomi kita di kuartal II 5,3 persen lebih mild dari negara lain yang kontraksinya lebih dalam,” jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekonomi Indonesia Jauh Lebih Baik Dibanding Negara Tetangga

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ekonomi Indonesia memang minus pada kuartal II 2020. Namun angka pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). 

"Memang kita minus 5,3 persen, tapi kalau dibandingkan negara-negara lain sekitar, kita lebih bagus," kata Luhut di acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom: Tranformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Jakarta, Selasa (15/9/2020).

 

Terpenting kata Luhut, dampak kepada PDB saat ini masih bagus. "Saya pikir kita masih lebih baik," kata dia.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan pihaknya sudah mengindentifikasi penyebab turunnya perekonomian nasional. Setidaknya ada 8 titik yang menjadi masalah.

"Kita identifikasi ada 8 titik yang jadi masalah, dalam ekonomi kita ini," kata dia.

Sayangnya, Luhut tak menjelaskan lebih rinci 8 titik masalah yang dimaksud. Dia hanya menyebutkan Pemerintah akan fokus membenahi itu agar ekonomi Indonesia kembali pulih. "Dan ini kita akan fokus supaya kita bisa rebound lebih cepat," kata dia mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya