Liputan6.com, Jakarta - Rombongan Pemerintah Indonesia bertolak ke China Sabtu lalu untuk memastikan ketersediaan vaksin yang akan diimpor langsung ke Indonesia bulan depan. Ada tiga produsen yang didatangi Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Biofarma yaitu Cansino, G42/Sinopharm dan Sinovac.
Ketiga perusahaan tersebut sudah masuk tahap akhir dalam uji klinis. Pada tahap ketiga ini tengah dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara. Cansino melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Arab Saudi, Rusia dan Pakistan.
Perusahaan G42/Sinopharm melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina. Sedangkan Sinovac melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Indonesia, Brazil, Turki, Banglades, dan Chile.
Advertisement
Ketiga perusahaan ini pun telah mendapatkan Emergency Use Authorization dari Pemerintah Tiongkok pada Juli 2020 lalu. Meski begitu, masing-masing perusahaan pun memiliki kapasitas produksi yang berbeda.
Tahun ini Cansino menyanggupi 100 ribu vaksin untuk single dose (satu kali vaksinasi per orang) di bulan November 2020, dan sekitar 15-20 juta untuk tahun 2021.
G42/Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin untuk dual dose (dua kali vaksinansi per orang) tahun ini. Lalu 5 juta dosis akan mulai datang pada bulan November 2020.
Sementara itu Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020. Komitmen pengiriman 1,5 juta dosis vaksin untuk single dose vials pada minggu pertama November.
Lalu 1,5 juta dosis vaksin untuk single dose vials selanjutnya pada minggu pertama Desember 2020 dan ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk. Kemudian tahun 2021, Sinopharm mengusahakan 50 juta (dual dose), Cansino 20 juta (single dose), Sinovac 125 juta (dual dose).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan vaksinansi di Indonesia nantinya dilakukan secara bertahap. Vaksinasi tahap awal ini akan diberikan kepada tenaga medis dan para medik.
Lalu Pelayanan publik, TNI/Polri dan tenaga pendidik.
"Pada tahap awal, kami akan memberikan prioritas vaksin kepada mereka yang di garda terdepan, yaitu medis dan paramedic, pelayanan public, TNI/Polri, dan seluruh tenaga pendidik," kata Terawan dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (12/10).
Sejak akhir September 2020, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan pelatihan vaksinansi kepada tenaga kesehatan tentang tata cara vaksinasi Covid-19. Selain itu, pihaknya sudah memastikan kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia.
Sehingga jika vaksin tersebut sudah tiba di Indonesia akan segera dilakukan simulasi di beberapa puskesmas.
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kominfo: Waspada Hoaks soal Vaksin Covid-19
Kementerian Komuniksai dan Informatika (Kominfo) meminta masyarakat harus bijaksana menerima berita khususnya terkait dengan pengadaan vaksin Covid-19 yang sedang diupayakan pemerintah saat ini.
Hal ini ditegaskan Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kementerian Komuniksai dan Informatika Prof. Dr. Henri Subiakto mengatakan, media sosial dikatakan Henri menjadi wadah yang patut diwaspadai. Pasalnya media ini menjadi salah satu area dengan penyebaran hoaks yang masif di masa pandemi Covid-19, dan ini merupakan persoalan serius.
"Banyak berkembang berita hoaks saat pandemi. Informasi seputar pandemi pasti ada yang menyelewengkan. Masyarakat harus bijak dalam menyikapi berita yang berkembang mengenai Covid-19 maupun vaksin," katanya.Pada kesempatan ini, Henripun menegaskan bahwa vaksin adalah salah satu solusi mengakhiri pandemi Covid-19 di Inonesia bahkan dunia.
"Untuk memutus pandemi ini tentu salah satunya dengan adanya vaksin. Oleh karenanya, saya meminta masyarakat tidak ikut sebagai pembaca apalagi membuat berita hoaks terkait vaksin. Adanya vaksin tentu untuk kebaikan bersama khususnya memberanta virus ini," ujarnya.
Guna menghadapi berita-berita palsu masyarakat dikatakannya bisa melihat sumber-sumber informasi atau berita yang salah satunya berasal dari institusi resmi atau orang-orang yang kapabel dan memiliki kompetensi.
Masyarakat diminta Henri tidak mengandalkan media sosial dalam memperoleh informasi-informasi. Media sosial ditegaskannya tidak memiliki kontrol dalam menginformasikan berita dibandingkan media konvensional.
"Kalau ada informasi, jangan langsung reaktif. Ditelusuri dulu kebenarannya," katanya.
Advertisement
Mudah Dipahami
Situasi pandemi seperti saat ini, informasi khususnya terkait vaksin Covid-19 harus disampaikan dengan Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami masyarakat.
"Masyarakat akan lebih mudah memahami informasi jika menggunakan bahasa yang mudah dan sesuai pemahaman. Kalau pakai bahasa tinggi susah dipahami," katanya.
Selain itu, materi yang disampaikan juga harus benar-benar menjawab keresahan dan pertanyaan masyarakat."Vaksin Covid-19, harus disampaikan karena dibutuhkan dan akan merugikan diri sendiri jika tidak menggunakannya," ujarnya.Â