Harga Minyak Melemah Tipis karena Libya Memompa Produksi

Anggota terbesar OPEC, Arab Saudi, mengatakan bahwa tidak ada yang meragukan komitmen kelompok tersebut untuk memberikan dukungan kepada harga minyak.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Okt 2020, 08:20 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2020, 08:20 WIB
ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melemah tipis pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Ada sentimen yang mampu mendorong kenaikan harga minyak tetapi ada juga sentimen yang menahannya.

Pada perdagangan ini, harga minyak dibebani oleh kekhawatiran atas lonjakan kasus virus Covid-19 secara global dan rencana Libya untuk meningkatkan produksi. Namun juga terdorong harapan akan paket stimulus fiskal dari pemerintah AS.

Analis tengah fokus pada pertemuan komite pemantauan kesepakatan OPEC +. Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan komite merekomendasikan untuk tetap berpegang pada kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak.

Mengutip CNBC, Selasa (20/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 22 sen menjadi USD 42,71 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup melemah 5 sen atau 0,1 persen pada USD 40,83 per barel.

Anggota terbesar OPEC, Arab Saudi, mengatakan bahwa tidak ada yang meragukan komitmen kelompok tersebut untuk memberikan dukungan kepada harga minyak.

OPEC +, kelompok OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, membatasi produksi minyak sebesar 7,7 juta barel per hari, turun dari pemotongan sebesar 9,7 juta barel per hari. Pengurangan pemotongan akan dilakukan lagi sebesar 2 juta barel per hari pada Januari.

“OPEC + telah menunjukkan bahwa mereka memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan keadaan yang berubah bila diperlukan. Kami tidak akan mengelak dari tanggung jawab kami dalam hal ini, "kata Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman.

Sedangkan membebani harga minyak, Libya secara signifikan meningkatkan produksinya setelah pelonggaran blokade pada bulan September. Ladang minyak Abu Attifel diharapkan memulai kembali produksi pada 24 Oktober setelah ditutup selama berbulan-bulan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dampak Covid-19

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sementara itu, kasus virus Corona di seluruh dunia melampaui 40 juta pada hari Senin. Banyak pemerintah Eropa yang memperketat penguncian untuk menekan penyebaran virus. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan akan minyak.

"Batasan terbaru ini pasti akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan merusak pemulihan permintaan bahan bakar," kata Stephen Brennock, analis dari PVM.

Sedangkan harapan untuk paket stimulus AS yang baru memberikan beberapa dukungan pada harga minyak karena Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan pada hari Minggu bahwa dia optimis bahwa undang-undang tentang paket dapat didorong sebelum pemilihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya