Pulihkan Ekonomi, Pemerintah Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di 12 Kota

Pemerintah akan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam memulihkan ekonomi Indonesia yang tertatih melawan Covid-19.

oleh Athika Rahma diperbarui 21 Okt 2020, 13:10 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 13:10 WIB
Inisiatif Ubah Sampah Sungai Ciliwung Jadi Listrik dengan Teknologi Peuyeumisasi
Tempat Olahan Sampah Sungai Gerakan Ciliwung Bersih. (dok. GCB/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, pemerintah akan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam memulihkan ekonomi Indonesia yang tertatih melawan Covid-19.

Pandemi yang masih melanda tanah air ini, diakuinya, memberi efek domino terhadap seluruh sektor bisnis termasuk minyak dan gas. EBT diyakini bisa menyelamatkan ekonomi nasional pasca pandemi.

"EBT nantinya akan mendorong pembangunan ekonomi jangka panjang yang stabil, mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan lapangan kerja," ujar Arifin dalam webinar Potret Energi Indonesia, Rabu (21/10/2020).

Upaya transisi energi ini dilakukan secara bertahap mulai dari penyiapan rancangan Peraturan Presiden yang mengatur pembelian listrik EBT oleh PT PLN (Perusahaan Listrik Negara). Perpres ini sendiri masih digodok oleh pemerintah.

Kemudian, pemerintah juga berupaya menciptakan pasar energi terbarukan melalui program renewable energy-based industry development dan renewable energy-based economic development. Program ini dirancang untuk mempercepat pemanfaatan EBT di kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) serta mendukung pengembangan ekonomi lokal di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).

"Kemudian, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan angin secara masif akan kita dorong untuk menciptakan investasi," ujar Arifin.

Lalu, rencana lainnya ialah implementasi bio-energy melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di 12 kota, penggunaan biomassa dan sampah sebagai bahan baku co-firing di PLTU untuk mengurangi emisi, penerapan B30 dan green refinery.

Seluruh program ini tidak hanya akan memulihkan ekonomi nasional namun juga mendorong pencapaian target bauran EBT yang dicanangkan sebesar 23 persen ditahun 2025.

"Bagaimana bisa kita menyiapkan kebijakan mendorong pemanfaatan energi bersih, lalu pembangunan infrastruktur seperti transmisi jaringan, kita harus siapkan," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


PLN Operasikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Bangka Selatan

PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Bali, mengolah limbah sampah menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik. Langkah ini untuk membantu mengurangi sampah di Kabupaten Klungkung, Bali.
PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Bali, mengolah limbah sampah menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik. Langkah ini untuk membantu mengurangi sampah di Kabupaten Klungkung, Bali.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Wilayah Bangka Belitung (PLN Babel) telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Pulau Tinggi, Bangka Selatan.

Atas keberhasilan operasi itu, bersama dengan masyarakat, PLN Babel berhasil mengubah sampah menjadi listrik. Dengan begitu, sumber energi terbarukan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Puji Syukur saat ini kita bisa membawa pelet sampah untuk kita uji coba di pulau tinggi yang sejuk, green dan hijau ini. Bijih sampah yang sumbernya dari masyarakat diolah menjadi energi listrik. Ini adalah sumber yang terbarukan," jelas Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN Agung Murdifi dalam keterangannya, Selasa (29/9/2020).

Agung menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan mesin berkapasitas 16 kW yang dapat mengolah bijih sampah menjadi gas sintetik. Selanjutnya masuk ke dalam mesin PLTG gas sehingga bisa mengeluarkan energi listrik.

"Dengan ini PLN berhasil melakukan penghematan biaya pokok penyediaan tenaga listrik, kalau sebelumnya pelanggan dilistriki menggunakan solar rata-rata sekitar Rp. 4.900 per 1 kWh kalau sekarang bisa jadi Rp. 1.400-an, jauh lebih murah," ungkapnya.

Dengan pola operasi 24 jam, dibutuhkan 400 kg pelet sampah per hari, atau 12.000 kg pelet sampah per bulan, atau 144.000 kg pelet sampah per tahun. Hal ini berpotensi mengurangi timbunan sampah yang ada di masyarakat.

Bersama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sekar Rukun, Camat Tobali Sumindar menggerakan masyarakat untuk mengumpulkan sampah, kemudian mengolahnya menjadi pelet. Sampah dikumpulkan dari pasar dan rumah tangga. Ada proses pemilahan disana sampai selanjutnya diolah menjadi pelet sampah.

"Setelah 5 hari, sampah akan mulai kelihatan padat dan berubah warna serta berubah bentuk," terang ketua KSM Sekar Rukun, Misdi. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya