Konsumsi Listrik Selama Pandemi Covid-19 Turun 10 Persen

Penggunaan listrik di masa pandemi menurun hingga 10 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2020, 13:20 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 13:20 WIB
Banner Infografis Keluhan Lonjakan Tagihan Rekening Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)
Banner Infografis Keluhan Lonjakan Tagihan Rekening Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Aneka Energi, Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan penggunaan listrik di masa pandemi menurun hingga 10 persen. Bahkan, secara khusus penurunan penggunaan listrik menurun 18 persen di Bali.

"Data dari PLN ada penurunan demain hingga 10 persen secara nasional dan di Bali di lokasi tertentu turun sampai 18 persen," kata Harris dalam diskusi Pengembangan Energi Baru Terbarukan, Jakarta, Kamis (22/10).

Harris penurunan permintaan energi ini sangat besar. Sebab, untuk bisa kembali pada jumlah permintaan sebelum pandemi dibutuhkan waktu 2 tahun lagi.

"Sehingga butuh waktu 2 tahun lagi buat recovery pada permintaan semula," kata Harris.

Padahal, lanjut dia, dalam waktu bersamaan pemerintah tengah memproduksi 35 ribu megawatt (MW) demi melistriki pelosok daerah. Tentu saja kata dia ini akan mengakibatkan kesenjangan antara persediaan dan permintaan terhadap energi bagi PLN dari sisi pelanggan masyarakat biasa.

Sementara itu, dari sisi konsumsi listrik industri dia belum bisa memastikan terjadi penurunan akibat dampak pandemi Covid-19. Sebab, saat ini banyak industri yang menghasilkan energi sendiri lewat pembangunan PLTS sendiri.

Apalagi, tidak sedikit hal ini dilakukan perusahaan besar yang memanfaatkan lahan bekas galian tambang. Seperti yang akan dijalankan PT Bukit Asam Tbk, yang akan membangun PLTS di lahan bekas tambangnya.

"Kita belum tahu spesifiknya karena sekarang banyak perusahaan swasta yang memanfaatkan lahan bekas tambang seperti di Kalimantan dan Sumatera untuk dijadikan PLTS," kata Harris.

Bila ini yang terjadi, kata dia maka akan terjadi penambahan jumlah pasokan energi listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Jumlahnya pun diperkirakan tidak sedikit dari pengembangan EBT ini.

"Ini akan memberikan penambahan yang besar, karena sekarang ini banyak yang dilakukan untuk sampai sana (membangun PLTS)," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Erick Thohir: PLN dan Masdar Bangun PLTS 145 MW, Terbesar di Asia Tenggara

Erick Thohir
Ketua Pelaksana Komite Penanggulangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir membahas perlindungan tenaga kesehatan dari paparan COVID-19 dalam pertemuan dengan IDI di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (3/9/2020). (Dok Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19)

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan, pemerintah melalui Kementerian BUMN terus berkomitmen mewujudkan ketahanan energi nasional. Salah satunya dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) antara PLN dan Masdar dari UEA dengan kapasitas 145MW dan menjadi terbesar di Asia Tenggara

Erick bilang, ketahanan energi nasional, bersama dengan ketahanan pangan dan kesehatan, akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional Indonesia Emas 2045.

Kebijakan yang disusun untuk mencapai hal itu harus memperhatikan ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, keberlanjutan dan turut memastikan daya saing Indonesia.

"Jangan sampai kita buat kebijakan yang memperlemah daya saing. Dan jangan sampai kita buat kebijakan yang menghambat transformasi energi nasional," ujar Erick Thohir dalam potongan video yang ditayangkan di webinar Pengembangan Energi Baru Terbarukan, Kamis (22/10/2020).

Saat ini, lanjut Erick, pemerintah memastikan transformasi energi tersebut terlaksana dengan pengembangan EV (electric vehicle) battery, mendorong sinergi antara refinery dengan petrokimia, implementasi B30 dan penggalian potensi EBT lainnya.

Pihaknya sudah menugaskan kepada BUMN-BUMN klaster energi dan minerba seperti MIND ID, Pertamina, PLN dan lainnya untuk terus berinvestasi di sektor EBT untuk masa depan energi Indonesia.

Erick juga menyebutkan akan terus mendorong terlaksananya program transformasi energi lainnya dalam waktu dekat, mulai dari gasifikasi batu bara hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bekerjasama dengan Uni Emirat Arab (UAE).

"Percepatan gasifikasi batu bara menjadi dimetil sehingga bisa mengurangi impor LPG yang sekarang sampai 6 juta metrik. Kemudian, percepatan program pembangunan listrik tenaga surya antara PLN dan Masdar dari UEA dengan kapasitas 145MW, terbesar di Asia Tenggara," ujarnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya