Gara-Gara Covid-19, Nilai Transaksi Mandiri Online Pecah Rekor

Bank Mandiri mencatat nilai transaksi ATM dan Mandiri Online pada triwulan III-2020 mencapai Rp 525 triliun

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Okt 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2020, 13:00 WIB
Aplikasi Mandiri Online Permudah Nasabah Bertransaksi
Model menunjukkan tampilan layanan Mandiri Online pada layar telepon pintar di Jakarta, Selasa (21/3). Layanan ini memudahkan nasabah memperoleh informasi tentang seluruh produk perbankan sekaligus melakukan transaksi keuangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Mandiri mencatat nilai transaksi ATM dan Mandiri Online pada triwulan III-2020 mencapai Rp 525 triliun. DImana masing-masing Rp 244 triliun untuk transaksi ATM, dan Rp 281 triliun untuk Mandiri Online.

“Nilai transaksi Mandiri online mencapai Rp 281 triliun di triwulan III-2020. Ini pertama kalinya melebihi transaksi ATM yang berada di Rp 244 triliun,” ujar Direktur IT Bank Mandiri, Rico Usthavia dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri Triwulan III-2020, Senin (26/10/2020).

Dibandingkan triwulan sebelumnya, nilai transaksi ATM mengalami peningkatan dari Rp 234 triliun pada triwulan II-2020. Sementara untuk Mandiri Online, meningkat dari triwulan II-2020 senilai Rp 230 triliun.

Rico menyebutkan, pertumbuhan ini dipengaruhi pergeseran perilaku konsumen yang beralih pada sistem digital selama pandemi berlangsung. Dimana masyarakat tidak memerlukan kontak fisik, sehingga dapat turut serta menekan penyebaran covid-19.

Adapun frekuensi transaksi ATM dan Mandiri Online selama triwulan III-2020 mencapai 543 juta transaksi. Terdiri dari 301 transaksi menggunakan ATM, dan sisanya 241 transaksi menggunakan Mandiri Online.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Laba Bersih Bank Mandiri Anjlok 30,73 Persen di Kuartal III 2020

Layanan Perbankan di Masa Libur Idul Fitri
Nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri Pertamina UPMS III, Jakarta, Rabu (28/6). Bank Mandiri memberikan layanan perbankan terbatas kepada nasabah secara bergantian pada musim liburan Idul Fitri 26-30 Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih Rp 14,028 triliun di kuartal III 2020. Angka ini anjlok 30,73 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 20,25 triliun.

“Sampai dengan September 2020, secara konsolidasi Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp 14 triliun atau turun 30,73 persen yoy,” ujar Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri Triwulan III 2020, Senin (26/10/2020).

Penurunan laba ini sejalan dengan pendapatan operasional yang juga turun 3,06 persen menjadi Rp 62,97 triliun. Rinciannya, net interest income sebesar Rp 43,38 triliun atau turun 4,27 persen dan fee based income tercatat Rp 19,58 triliun atau turun 0,26 persen.

Sementara untuk biaya operasional Bank Mandirisebesar Rp 28,32 triliun atau naik 0,42 persen secara tahunan atau yoy. “Biaya operasional dapat dikendalikan dengan cukup baik dimana pertumbuhan hanya mencapai 0,42,” kata dia.

Sedangkan untuk fungsi intermediasi, penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi meningkat 3,79 persen secara year on year menjadi Rp 873,73 triliun pada akhir September 2020.

“Total kredit secara konsolidasi tumbuh 3,79 persen yoy, mencapai Rp 873,7 triliun. dan kualitas kredit terjaga dengan Non Performing Loan (NPL) Gross 3,33 persen,” kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi.

Adapun penyaluran kredit produktif perseroan secara bank only tumbuh sebesar 3,88 persen yoy menjadi Rp 616,37 triliun di September 2020. Terdiri atas kredit modal kerja sebesar Rp 314,82 triliun dan kredit investasi sebesar Rp 301,55 triliun. Diharapkan penyaluran kredit produktif ini dapat membantu menggerakkan perekonomian di tengah wabah pandemi covid-19.

Untuk penyaluran kredit ke segmen wholesale, masih menjadi motor pembiayaan perseroan dengan komposisi sebesar 65,3 persen atau Rp 492,63 triliun. Nilai tersebut tumbuh 9,73 persen dari periode yang sama tahun lalu. Adapun pembiayaan ke sektor usaha mikro, menjadi kontributor lainnya, dengan mencatat pertumbuhan sebesar 13,03 persen secara tahunan menjadi Rp 49,07 triliun.

Darmawan mengungkapkan, saat ini salah satu fokus penyaluran kredit perseroan adalah membantu para pelaku usaha terdampak covid-19, khususnya pelaku UMKM, untuk mengembalikan usaha yang sempat menurun akibat pandemi Covid-19.

“Kami berharap inisiatif ini dapat ikut mengembalikan optimisme dan memulihkan denyut nadi perekonomian Indonesia yang terdampak pandemi covid-19, kata Darmawan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya