Dana Asing Masuk Ke Indonesia Selama Oktober 2020 Capai Rp 19,2 Triliun

Capaian hingga 22 Oktober ini dinilai jauh lebih baik dibandingkan dana asing yang keluar pada September 2020 sebesar Rp 8,8 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2020, 13:40 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2020, 13:40 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan arus dana asing yang masuk pasar obligasi di bulan Oktober mencapai RP 19,2 triliun.

"Arus dana asing yang masuk pada obligasi negara di bulan Oktober hingga tanggal 22 mencapai total Rp 19,2 triliun," kata Adrian kepada wartawan, Jakarta, Rabu (28/10/2020).

Capaian hingga 22 Oktober ini dinilai jauh lebih baik dibandingkan dana asing yang keluar pada September 2020 sebesar Rp 8,8 triliun. Begitu juga dengan Agustus lalu, dana asing yang kabur sebanyak Rp 3,8 triliun.

Sementara itu, arus dana asing pada pasar saham yang keluar di bulan Oktober hingga tanggal 23 sebesar Rp 3,9 triliun. Lebih sedikit dibandingkan arus dana keluar sebesar Rp 15,6 triliun di bulan September dan Rp 8,5 triliun di bulan Agustus.

Kondisi ini kata Adrian dipicu oleh pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja di awal Oktober lalu. Pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta ikut andil dalam meningkatkan kepercayaan para investor asing.

Pun dengan kinerja pasar keuangan domestik yang lebih baik. Sehingga arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi domestik.

"Arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi domestik di bulan Oktober setelah sempatkembali mengalami dana keluar di bulan September dan Agustus" tutur Adrian.

Meski begitu di pasar saham domestik, dana asing masih keluar di bulan Oktober. Hanya saja jumlahnya tidak lagi sebesar bulan-bulan sebelumnya.

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Realisasi Investasi Kuartal III 2020 Naik Tipis, Terbesar dari Singapura

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, investasi Indonesia mengalami masa kritis kada kuartal II 2020 seiring pandemi Covid-19. Namun masa kritis tersebut sudah berlalu karena realisasi investasi pada kuartal III sudah mulai naik. 

Bahlil mencatat, realisasi investasi sepanjang kuartal III 2020 mencapai Rp 209 triliun. Angka tersebut naik 8,9 persen secara kuartalan, dan naik 1,6 persen secara tahunan. 

Capaian positif ini diakibatkan sektor investasi dalam negeri telah berhasil melewati masa kritis, yakni pada kuartal II lalu. Tercatat saat itu realisasi investasi mengalami penurunan menjadi Rp 191,9 triliun.

"Alhamdulillah, bahwa masa kritis realisasi investasi sudah terlewatkan, kritis kita di kuartal II di mana investasi hanya Rp 191,9 triliun. Di kuartal III ini investasi kita sebesar Rp 209 triliun," kata dia dalam Konferensi Pers Virtual Realisasi Investasi Triwulan III 2020, Jumat (23/10/2020).

Bahlil merinci, kenaikan itu ditopang oleh realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) kuartal III 2020 sebanyak Rp 102,9 triliun, atau naik 2,1 persen secara yoy. Serupa, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) juga mengalami kenaikan menjadi Rp 106,1 triliun atau naik 1,1 persen secara yoy.

BKPM juga mencatat lima sektor utama realisasi investasi pada kuartal III 2020 yakni sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebanyak Rp 32,1 triliun. Lalu, sektor industri logam dasar, barang logam dan bukan mesin dan peralatannya sebanyak Rp24,6 triliun.

Kemudian, sektor listrik, gas dan air sebanyak Rp 24,4 triliun, sektor konstruksi sebanyak Rp 23,2 triliun, serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebanyak Rp 21,3 triliun.

Adapun berdasarkan sebarannya, realisasi investasi tertinggi di Jawa Barat sebesar Rp28,4 triliun, DKI Jakarta sebesar Rp22,3 triliun, Banten sebesar Rp21,5 triliun, Jawa Timur sebesar Rp15,5 triliun dan Riau sebesar Rp13,0 triliun.

Sementara lima negara asal investor utama sepanjang triwulan III yakni Singapura mencapai USD 2,5 miliar, China mencapai USD 1,1 miliar, Jepang mencapai USD 0,9 miliar, Hong Kong USD 0,7 miliar dan Belanda USD 0,5 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya