Usai Perpanjangan GSP, Indonesia Targetkan Ekspor USD 60 Miliar ke AS di 2024

Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk memperpanjang preferensi tarif GSP untuk Indonesia

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Nov 2020, 20:55 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2020, 20:49 WIB
FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk memperpanjang preferensi tarif Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia pada 30 Oktober 2020.

Kebijakan ini diproyeksikan akan menggenjot arus perdagangan dua arah kedua negara, sekaligus berdampak pada kerjasama di bidang investasi.

Duta Besar RI untuk AS Muhammad Lutfi mengatakan, Pemerintah Indonesia juga memproyeksikan status GSP dapat dinaikan menjadi Limited Trade Deal (LTD). Ini agar volume perdagangan dua arah Indonesia dan AS dapat meningkat dua kali lipat hingga USD 60 miliar pada 2024.

"Ini merupakan bagian utama kita untuk bisa masuk ke pintu masuk ke dalam Limited Trade Deal. Jadi hanya ada Amerika Serikat negara satu-satunya di dunia yang bisa mengadakan Limited Trade Deal," jelas Lutfi dalam sesi teleconference, Senin (2/11/2020).

Sebagai perbandingan, Lutfi memaparkan, ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam pada 2019 lalu dengan fasilitas GSP nilainya mencapai USS 2,61 miliar. Itu setara 13,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang berjumlah USD 20,1 miliar.

Sementara untuk periode Januari-Agustus 2020, nilainya berjumlah USD 1,87 miliar, atau naik 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Lutfi menjelaskan, fasilitas LTD ini sederhananya adalah skema yang bisa membebaskan pajak secara permanen bagi negara yang sudah ada di dalam kerjasama GSP. Guna mendapat fasilitas lanjutan tersebut, Pemerintah RI menyusun road plan dengan memfokuskan lada skema 5+7+5.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Produk Ekspor

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada skema tersebut, Pemerintah RI akan mengajukan pemanfaatan LTD untuk; 5 produk utama (apparel, produk karet, alas kaki, elektronik dan furniture), 7 produk potensial (produk kayu, travel goods, produk kimia lainnya, perhiasan, mainan, rambut artifisial dan produk kertas), dan 5 produk strategis (produk mesin, produk plastik, suku cadang otomotif, alat optik dan medis dan produk kimia organik).

"Saya ingin contohkan produk tekstil dan pakaian kena tarif 10,7 persen. Ini pada 2019 ekspor kita ke Amerika Serikat USD 4,43 miliar, atau seperlima dari ekspor kita ke Amerika Serikat," terangnya.

"Kalau kita ikut LTD, kita akan menegosiasikan dalam pandangan kami setidaknya separuh dari 10,7 persen itu bisa dibebaskan. Ini memberikan comparative advantage yang luar biasa buat Indonesia," tegas Lutfi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya