Dorong Orang Kaya Belanja, Pemerintah Perlu Ubah Stimulus Pajak

Kelas atas atau orang kaya terutama yang memiliki simpanan di atas Rp 5 miliar terlihat mengalihkan dana ke simpanan dibandingkan berbelanja.

oleh Tira Santia diperbarui 07 Nov 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2020, 08:00 WIB
Pajak
Ilustrasi Foto Pajak (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia resmi resesi lantaran pertumbuhan ekonomi di kuartal II minus 5,32 persen dan kuartal III juga minus 3,49 persen. Salah satu penyebab tidak tumbuhnya ekonomi Indonesia ini karena konsumsi rumah tangga yang masih rendah, khususnya kalangan menengah atas atau orang kaya yang masih enggan membelanjakan uangnya selama pandemi covid-19.

Lantas bagaimana agar kalangan menengah atas membelanjakan uangnya? Alih-alih menyimpan uang di bank.

Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Juni 2020 menunjukkan nilai simpanan rekening di atas Rp 5 miliar meningkat 7,3 persen sejak awal tahun.

Lalu, kelas atas atau orang kaya terutama yang memiliki simpanan di atas Rp 5 miliar terlihat mengalihkan dana ke simpanan dibandingkan berbelanja.

Sementara itu kelas atas atau 20 persen kelompok pengeluaran paling atas memiliki kontribusi di atas 45 persen dari total pengeluaran nasional. Artinya, hampir setengah konsumsi bergantung pada perilaku belanja masyarakat kelas atas.

“Jadi sangat signifikan dalam membentuk pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Yang jadi faktor utama adalah kekhawatiran belanja di saat pandemi masih tinggi penularannya, dan sebagai antisipasi resesi ekonomi,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).

Lanjut Bhima, tren konsumsi kelas atas masih akan rendah, selama kasus positif masih di atas 3.000-4.000 kasus per hari. Orang kaya yang biasa membeli mobil mewah tapi karena ada kekhawatiran kena Covid-19, sektor otomotif pun terimbas.

Biasanya orang kaya libur panjang bepergian keluar negeri atau ke destinasi wisata misalnya ke Bali, tapi saat ini banyak tempat wisata yang belum optimal. Mal dan restoran juga alami penurunan yang tajam dari sisi omzet karena keterbatasan untuk dine in atau makan di tempat.

“Jadi di kuartal III konsumsi masih kontraksi cukup dalam. Disarankan ubah stimulus pajak dari stimulus korporasi seperti pengurangan PPh badan menjadi stimulus yang langsung mengarah ke konsumsi akhir,” ujarnya.

Misalnya penangguhan sementara PPN 10 persen dalam 3-6 bulan, karena kelas atas atau orang kaya ini kan beli makan di restoran, hotel kena PPN 10 persen. Jika itu ditangguhkan bisa mendorong stimulus konsumsi.

“Setidaknya dalam 3-5 kuartal ke depan baru ada pemulihan konsumsi kelas atas yang optimal. Itu pun asumsinya vaksin ditemukan, dan kasus positif bisa ditekan. Selama pandemi belum terkendali dan mobilitas penduduk masih rendah maka orang kaya tetap memilih untuk saving,” pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sri Mulyani Sebut Progres Vaksin Covid-19 Jadi Kunci Orang Kaya Belanja Lagi

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi lajur penyebrangan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020. Kondisi ini akan berdampak pada pelemahan daya beli hingga PHK. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 mengalami kontraksi sebesar minus 4,0 persen. Capaian ini lebih baik dibandingkan posisi pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,5 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konsumsi rumah tangga memang masih sangat terbatas di kuartal III-2020 ini. Hal itu disebabkan, karena pada periode Juli - September kondisi pandemi Covid-19 sedang berada pada puncaknya.

"Konsumsi dari rumah tangga kelas menengah atas masih terbatas. Ini dikarenakan kondisi covid memang belum berakhir," kata dia dalam video conference, di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

Sri Mulyani mengatakan, karakter dari konsumsi rumah tangga menengah atas didominasi oleh barang dan jasa yang sensitif terhadap mobilitas. Sehingga, dampak dari pandemi covid-19, secara tidak langsung menahan konsumsi kelas menengah atas.

"Dengan adanya Covid-19 di mana mobilitas menjadi terbatas, maka konsumsi kelas menengah atas juga menjadi tertahan," kata dia.

Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah untuk mendongkrak kembali konsumsi rumah tangga adalah dengan penemuan vaksin.

Dengan demikian, harapan akan adanya vaksin tersebut mampu mengembalikan tren konsumsi rumah tangga terutama kelompok menengah atas.

"Sehingga perbaikan diharapkan dan diyakini akan terjadi pada uartal keempat dan seterusnya," tandas Sri Mulyani.

Seperti diketahui, pada kuartal III 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 3,49 persen secara year on year (yoy).

Meski begitu, ekonomi kuartal III tumbuh 5,05 persen dibandingkan dengan kuartal II, dan secara year to date (ytd) sejak kuartal I sampai dengan kuartal III, ekonomi tercatat minus 2,03 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya