Nilai Industri Fintech Diprediksi Capai USD 100 Miliar di 2025

Industri fintech pada 2025 mendatang mampu menghasilkan USD 100 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Nov 2020, 20:45 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2020, 20:45 WIB
100 Lebih Perusahaan Ramaikan Fintech Summit and Expo 2019
Pengunjung melihat barcode fintech pada Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2019 di JCC Jakarta, Senin (23/9/2019). IFSE digelar sebagai upaya OJK dan Bank Indonesia selaku regulator untuk mengembangkan peran fintech dalam meningkatkan inklusi keuangan masyarakat. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan industri financial technology (fintech) Indonesia tercepat di Asia Tenggara. Bahkan, Airlangga memprediksi industri fintech pada 2025 mendatang mampu menghasilkan USD 100 miliar.

"Di tahun 2019, laporan Google dan Temasek menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia yang terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Asean. Fintech memiliki peran besar dengan estimasi nilai 45 miliar USD. Dan di tahun 2025 fintech diperkirakan meningkat lebih dari USD100 miliar," tuturnya dalam acara peluncuran "Indonesia Fintech Society (IFSoc)", Senin (9/11).

Airlangga mengatakan, pesatnya pertumbuhan fintech di tanah air tka lepas dari meningkatnya pemanfaatan digitalisasi oleh masyarakat. Khususnya pembayaran digital, e-commerce, layanan transportasi online, distribusi barang, dan lainnya.

"Di tahun 2020 kita miliki startup Fintech terbesar. Singapura 39 persen, Indonesia 20 persen, Malaysia 15 persen, dan Thailand 10 persen. Dan sektor fintech ini juga merupakan sektor yang paling dinamis dengan kompetitif hadirnya unicorn yaitu perusahaan yang besarnya lebih dari USD 1 miliar dan ada nya dekacorn yang lebih dari 10 miliar USD," paparnya

Maka dari itu, Airlangga mendorong semua pihak terkait untuk terus menjaga tren positif atas pertumbuhan fintech di dalam negeri. Sehingga fintech berperan lebih dalam penyediaan layanan keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

"Sehingga digitalisasi layanan keuangan akan menjadi isu krusial dan menjadi tantangan bersama, termasuk soal kebutuhan infrastruktur yang lebih kuat. Kolaborasi pemerintah, akademisi, media massa, sektor bisnis, dan masyarakat diperlukan dalam hal inisiatif sektor keuangan dan teknologi finansial," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Per September, Fintech P2P Lending Salurkan Pinjaman hingga Rp 100 Triliun

Fintech
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mencatat, perusahaan financial technology (fintech) Peer to Peer Lending (P2P) telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp100 triliun per September 2020. Nilai tersebut naik sebesar 113 persen secara year on year (yoy).

"Di dalam penyaluran pinjaman akumulasi penyaluran p2p lending sudah mencapai lebih dari Rp100 triliun hingga bulan september 2020. Atau ini naik sebesar 113 persen secara yoy," tegasnya dalam acara peluncuran "Indonesia Fintech Society (IFSoc)", Senin (9/11).

Airlangga mengatakan, kenaikan pesat penyaluran pinjaman p2p lending ini tak lepas dari peningkatan jumlah aku peminjam (borrower) dan penyaluran pinjaman. "Dan usia lender ataupun borrower kelompok muda berusia rata-rata 34 tahun," jelasnya.

Selain itu, pesatnya perkembangan teknologi di tengah masyarakat juga menopang pertumbuhan industri fintech. Menyusul kian mudahnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan yang dibutuhkan.

"Di tahun 2019 laporan Google dan Temasek menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia yang terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Asean. Fintech memiliki peran besar dengan estimasi nilai 45 miliar USD dan pertumbuhan tahunan hampir 50 persen," paparnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta stakeholders terkait untuk mampu menjaga tren pertumbuhan positif ini. Sehingga fintech ke depan terus bisa berinovasi dalam memberikan layanan terhadap masyarakat.

"Di samping itu juga melindungi kepentingan masyarakat merupakan aspek paling penting. Sehingga OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tentunya harus terus melakukan pengawasan secara dinamis," imbuh dia. 

Fintech Dinilai Mampu Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Ilustrasi Fintech
Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik kehadiran Industri financial technology (fintech) di dalam negeri. Sebab, fintech dinilai sebagai salah satu solusi pemerintah untuk akselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

"Fintech ini memiliki peranan penting untuk percepatan program pemulihan ekonomi nasional, khususnya dengan memanfaatkan teknologi digital melalui pembiayaan berbasis digital," ujar Airlangga dalam acara peluncuran "Indonesia Fintech Society (IFSoc)", Senin (9/11).

Airlangga mengatakan, manfaat dari peranan fintech kian terasa selama pandemi Covid-19 berlangsung. Hal ini tercermin dari andil besar fintech dalam kegiatan penyaluran berbagai program bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak pandemi.

"Seperti Kartu Prakerja ini dilakukan end to end secara digital, dan Kartu Prakerja ini juga menggunakan pembayaran melalui digital platform. Sehingga bisa membantu mereka yang dirumahkan karena adanya kemudahan akses penyaluran," jelas dia.

Oleh karena itu, pemerintah optimis proses pemulihan ekonomi nasional akan segera berlangsung. Menyusul kian meningkatnya serapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui bantuan Fintech.

"Pemerintah menyadari saat sekarang untuk mengikuti perkembangan dilakukan uji coba secara terbatas atau kita kenal dalam istilah regulatory sandbox. Dimana regulator dna Fintech terus melakukan kegiatannya sambil diawasi oleh pemerintah dalam hal ini OJK," tutupnya.

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya