Cerita Menteri PUPR, Lika Liku Bangun Infrastruktur di Indonesia

Menteri PUPR membeberkan tantangan membangun infrastruktur di Indonesia karena kondisi geologisnya yang unik.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Nov 2020, 12:50 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2020, 12:50 WIB
Naiki Truk, Menteri PUPR Uji Coba Jembatan Kali Kuto
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) mendengarkan Bupati Batang Wihaji berbicara usai uji coba Jembatan Kali Kuto di Batang, Jateng, Rabu (13/6). Hadi mengatakan Jembatan Kali Kuto akan dioperasikan selama 24 jam. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membeberkan tantangan membangun infrastruktur di Indonesia karena kondisi geologisnya yang unik.

Pemerintah memang melakukan pembangunan infrastruktur secara intensif 5 tahun belakangan ini. Dalam kurun waktu ini, perlu dilakukan banyak penyesuaian dalam merancang desain infrastruktur, mulai dari peta gempa hingga penggunaan teknologi.

"Kami menerbitkan peta gempa tahun 2010, lalu dalam 7 tahun (diperbarui) jadi peta gempa 2017. Ternyata banyak sesar baru yang perlu diplot dalam peta gempa ini, ada 200 sesar baru," kata Basuki dalam Peluncuran Buku An Introduction Into The Geology of Indonesia oleh Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Senin (16/11/2020).

Sebagai informasi, jika suatu wilayah dilewati sesar atau patahan aktif, maka hal itu mengindikasikan wilayah tersebut rawan gempa. Dan menurut Basuki, sangat sulit mencari lahan yang bebas dari sesar aktif di Indonesia.

Tentu saja, update peta gempa harus dilakukan secara berkala agar kriteria pembangunan infrastruktur bisa teradaptasi dengan baik.

"Waktu mau membangun bendungan dibilang tidak bisa bangun karena ada sesar. Saya bilang, sebutkan 1 saja bendungan di Indonesia yang nggak melalui sesar," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bendungan

PLTS di Bendungan Jatibarang. (Dok PUPR)
PLTS di Bendungan Jatibarang. (Dok PUPR)

Basuki lalu mencontohkan lagi proyek infrastruktur lain, yaitu Bendungan Jatibarang. Menurutnya, wilayah pembangunan bendungan tersebut 'sepi' gempa, berdasarkan data peta gempa.

"Ternyata lihat di lapangan, ada sesarnya. Kami memutuskan tetap dibangun, dan Insya Allah aman sampai sekarang," katanya.

Selain itu, pembangunan tol juga dilalui dengan menjumpai karakteristik tanah yang beragam, sehingga butuh teknologi yang berbeda untuk itu. "Tol Trans Sumatera, dari Bakauheni sampai Lampung, sekarang sampai Dumai, itu beda-beda. Belum lagi sampai Banda Aceh," katanya.

Dengan hadirnya buku introduksi yang ditulis Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata, Basuki yakin referensi pemerintah dari segi geohazard bisa lebih kaya, sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur ke depan dapat dilakukan dengan lebih matang.

"Saya ucapkan terima kasih kepada beliau (Koesoemadinata) dan timnya yang berhasil membukukan buku ini, untuk kami lebih ke segi geohazard dalam pembangunan infrastruktur. Saya yakin buku ini jadi pegangan ke depannya," ujar Basuki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya