Menengok Harga Emas Pekan Ini, Bakal Kembali Melemah?

Agar harga emas bisa menembus level USD 1.900 per ounce, perlu adanya berita tentang langkah-langkah stimulus baru.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Nov 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2020, 06:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Agar harga emas bisa menembus level USD 1.900 per ounce, perlu adanya berita tentang langkah-langkah stimulus baru. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tampaknya akan terombang-ambing antara menguat dan melemah pada pekan ini. Berdasarkan Kitco News Weekly Gold Survey, bakal ada tarik-menarik antara bullish dan bearish.

Meskipun sebagian besar atau mayoritas analis di Wall Street dan investor ritel memperkirakan harga emas bakal menguat, tetapi tak banyak sentimen yang mendukung bullish tersebut.

Berdasarkan level teknikal, harga emas akan bergerak di resistensi USD 1.900 per ounce dan dukungan pada USD 1.850 per ounce.

Pada pekan lalu, harga emas tidak mampu menguat dan bergerak mendatar. Harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.872,95 per ounce pada perdagangan Jumta, tetapi turun 0,8 persen untuk sepanjang pekan.

“Saya pikir harga emas terjebak dalam kisaran ini, dan akan tetap di sini sampai ada beberapa informasi baru atau sentimen baru,” kata Presiden Phoenix Futures and Options Kevin Grady dikutip dari Kitco, Senin (23/11/2020).

"Agar harga emas bisa menembus di atas USD 1.900 per ounce, kita perlu melihat beberapa berita tentang langkah-langkah stimulus baru, tapi sepertinya itu bukan prioritas saat ini," tambah dia.

Pada pekan ini, 17 analis berpartisipasi dalam survei. Sebanyak delapan analis atau 47 persen menyerukan harga emas naik. Sementara itu, lima analis atau 29 persen menyerukan harga emas turun dan empat analis atau 24 persen netral.

Sementara itu, total 1.539 pelaku pasar ikut dalam jajak pendapat online. Di antara mereka, 642 pemilih atau 42 persen mengatakan harga emas akan bullish pada minggu ini.

Lalu 594 pelaku pasar atau 39 persen mengatakan bearish. Sementara 303 pemilih atau 20 persen menyatakan harga emas akan mendatar.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Masih Berjaya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Agar harga emas bisa menembus level USD 1.900 per ounce, perlu adanya berita tentang langkah-langkah stimulus baru. (iStockphoto)

Harga emas pada pekan lalu bergerak melemah. Artinya, harga emas telah turun selama dua pekan berturut-turut. Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember berada di level USD 1.871 per ounce, turun 0,79 persen pada pekan lalu.

Meskipun harga emas mengakhiri minggu lalu di wilayah negatif, beberapa analis mencatat bahwa pasar emas menunjukkan kekuatan yang besar mengingat sentimen vaksin Covid-19 terus mendominasi. Sentimen vaksin ini memberikan tekanan kepada harga emas.

“Kisah emas belum hilang. Itu baru saja dihentikan sementara karena investor dan pasar mencari keadaan normal dalam perekonomian, ”kata Kepala Analis Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Hansen mengatakan ada risiko bahwa harga emas dapat terus melemah karena semakin banyaknya berita vaksin yang meningkatkan optimisme investor. Namun, dia menambahkan bahwa masih banyak ketidakpastian dan stimulus di pasar sehingga harga emas bisa bertahan.

Kepala Analis Bannockburn Global Forex Marc Chandler memperkirakan harga emas akan bergerak di support sekitar USD 1.850 per ounce.

“Saya khawatir harga emas akan diuji ulang di wilayah USD 1.848 hingga USD 1.850 dan kemungkinan bakal terlampaui sebelum menetap di level yang kokoh,” ujarnya.

Grady mengatakan meskipun dia memperkirakan harga emas bakal mendatar pada pekan ini tetapi potensi harga yang lebih tinggi dalam jangka panjang masih terbuka lebar.

"Harga emas tidak mencapai level ini karena pandemi. Harga emas mencapai level ini karena mata uang telah didevaluasi dan mereka akan terus didevaluasi meskipun pandemi berakhir." jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya