Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso menjelaskan, terdapat dana kurang lebih Rp 1.200 triliun yang mengendap di industri perbankan. Pengendapan dana tersebut karena turunnya permintaan kredit sebagai dampak pandemi Covid-19.
Jumlah data tersebut digitung dari rasio kredit terhadap simpanan bank atau loan to deposit ratio (LDR) pada periode Oktober 2020 yang melonggar ke level 82,79 persen. Angka ini jauh dari kondisi biasanya yang ada di kisaran 92 persen.
Baca Juga
"LDR di perbankan saat ini di level 82 persen, sementara ke ideal itu 92 persen. Artinya ada dana Rp 1.200 triliun duit yang tidak tersalurkan dalam bentuk kredit. Itu (Rp 1.200 triliun) selisih LDR duit terjebak tidak bisa disalurkan," jelasnya dalam webinar Economic Outlook 2021, Rabu (25/11/2020).
Advertisement
Sunarso menjelaskan, saat ini pertumbuhan kredit baru masih mengalami tekanan akibat dampak pandemi Covid-19. Tercatat, kredit perbankan hanya tumbuh 0,47 persen menjadi Rp 5.480 triliun pada Oktober 2020.
Adapun, penyebabnya ialah masih terganggunya aktivitas bisnis sebagai dampak kebijakan pengetatan aktivitas sosial yang diterapkan di sejumlah daerah. Imbasnya UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional terpukul paling depan.
Kendati demikian, BRI optimis sektor UMKM mampu pulih lebih cepat ketimbang segmen usaha menengah ataupun korporasi. Sebagaimana sudah teruji terjadi dalam berbagai kondisi sulit ekonomi.
"UMKM itu memang kena duluan. Tapi, ketika pembatasan aktivitas dilonggarkan sedikit cepat pulih, seperti krisis 1998 sampai ybag terakhir 2019 akibat perang dagang. Justru kita harus waspada terhadap segmen menengah dan korporasi yang kena belakangan, saya gak yakin lebih cepat pulih" tandasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Restrukturisasi Kredit BRI Capai Rp 192,25 Triliun hingga 31 Oktober 2020
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat, hingga 31 Oktober 2020, restrukturisasi kredit sebagai bentuk implementasi pemulihan ekonomi nasional (PEN) bagi debitur terdampak Covid-19 senilai Rp192,25 triliun kepada 2,95 juta debitur. Nilai realisasi itu diklaim menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.
"Sesuai POJK No 11, BRI terus menyalurkan restrukturisasi kredit hingga Rp192,25 triliun kepada 2,95 juta debitur per 31 Oktober lalu. Ini juga menjadi record restrukturisasi terbesar sepanjang sejarah kita," tuturnya dalam webinar Economic Outlook 2021, Rabu (25/11/2020).
Sementara dalam penyaluran deposito pemerintah Rp10 triliun (25 Juni-7 Agustus), BRI berhasil melakukan ekspansi kredit hingga Rp30 triliun kepada 695 ribu debitur. Lalu, deposito tambahan Rp5 triliun (25 September-15 Oktober) telah disalurkan Rp15 triliun kepada 476 ribu debitur.
Bos BRI menambahkan, hingga 13 November 2020 penjaminan kredit UMKM telah dilakukan dengan nilai Rp6,19 triliun terhadap 10.131 debitur. "Sedangkan, subsidi bunga untuk UMKM telah mencapai Rp3,83 triliun kepada 6,5 juta debitur per 13 November lalu," tambahnya.
Kemudian, untuk Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), BRI telah menyalurkan Rp6,29 triliun kepada 2,6 juta penerima hingga 12 November 2020. Lalu, KUR Super Mikro senilai Rp 5,20 triliun untuk 597 ribu debitur per 30 Oktober 2020.
Terakhir, bantuan subsidi gaji pekerja dan buruh Rp 3,96 triliun kepada 3,30 juta penerima per 13 November 2020. Dengan nominal bantuan Rp 600 ribu diberikan sebanyak 2 fasex sehingga setiap penerima manfaat akan memperoleh total bantuan Rp2,4 juta.
Advertisement