Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mencatat pelaku usaha ekonomi kreatif di Indonesia saat ini masih terpusat di Pulau Jawa. Menurut hasil pemetaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf), dari 8,2 juta pengusaha ekonomi kreatif, sebagian besar masih bercokol di Jawa.
Merujuk pada data tersebut, Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas Teguh Sambodo mengatakan, pemerintah ingin mengajak pelaku ekonomi kreatif (ekraf) untuk bisa semakin mengembangkan pasarnya di luar Jawa.
"Jadi tantangan selanjutnya adalah kami sebenarnya menunggu lebih banyak pelaku-pelaku ekraf ini yang ada dari luar Jawa. Yang kemudian bisa mendukung, bisa melengkapi berbagai macam pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa, khususnya yang kaitannya dengan pariwisata," tuturnya dalam rangkaian acara Creative Festival 2020 yang disiarkan di Vidio.com, Sabtu (5/12/2020).
Advertisement
"Dan ini akan saling melengkapi dalam satu kesatuan yang sangat baik," tegas Teguh.
Sayangnya, pandemi Covid-19 jadi disrupsi bagi berbagai pelaku usaha saat ini. Namun, Teguh memandang kehadiran wabah virus corona Covid-19 ini justru membuat rekan-rekan di bidang ekonomi kreatif bisa memperkuat diri secara internal.
"Tapi dari Covid-19 ini ada pembelajaran yang kami peroleh, bahwa sebagian besar dari teman-teman di ekonomi kreatif itu kemudian reflek ke dalam. Mulai memperbaiki manajemen internal, dan mulai melihat peluang ke depan sebenarnya bagaimana merespons pasar yang sekarang sedang males untuk belanja," ungkapnya.
"Jadi ada yang melakukan transformasi ke arah digital, kemudian melakukan B2B (business to business), tidak hanya B2C (business to costumer). Ini adalah merupakan salah satu langkah yang sangat baik," dia menambahkan.
Ke depan, ia juga mengingatkan agar pelaku ekonomi kreatif dapat mempertahankan kesadaran sosial yang tinggi. Seperti sadar akan pengembangan produk yang lebih ramah lingkungan, serta terkait ketersediaan lapangan kerja khususnya bagi perempuan.
"Tanggung jawab itulah sebenarnya yang akan memperkuat dari misi atau storyline dari produk apa yang akan dikembangkan. Oh, produk ini nanti menyelesaikan sampah, produk ini nanti menyelesaikan masalah kurangnya lapangan kerja untuk perempuan. Kami melihat dukungannya perlu diarahkan ke sana," pungkas Teguh.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kemenparekraf Kembangkan 4 Subsektor Ekonomi Kreatif di Labuan Bajo
Sebelumnya, berupaya mengembangkan sektor ekonomi kreatif, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melalui Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan menggagas program AKSILARASI.
AKSILARASI sebagai akronim dari Aksi, Selaras, dan Sinergi merupakan program pendampingan yang mementingkan keterhubungan pemerintah pusat dan daerah. Juga, kerja sama antara pelaku kreatif berbasis urban, digital, dan akademik dengan pelaku kreatif di wilayah destinasi yang berbasis tradisi, rural, serta komunal.
Secara umum, program AKSILARASI dilaksanakan di beberapa lokus destinasi prioritas dan destinasi super prioritas, seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, dan Likupang. Labuan Bajo sendiri dipilih jadi lokus kegiatan AKSILARASI karena telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas oleh pemerintah pusat.
Tahapan program inkubasi karya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dilaksanakan pada 1--20 November 2020 sesuai protokol Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE). Dalam media gathering virtual pada Rabu (18/11/2020), dijelaskan bahwa program yang juga didukung Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores ini mengusung tema "Merawat Ingatan Merayakan Peradaban."
Program ini akan dilaksanakan selama lima tahun dengan tahapan per tahun yang telah direncanakan dengan proses pendampingan terhadap komunitas, kelompok, maupun masyarakat. Empat subsektor termasuk di dalamnya, yakni musik, penerbitan, seni rupa, dan pertunjukan tari.
Penyelenggaraannya melibatkan 195 peserta yang mayoritas warga Labuan Bajo, komunitas di Kabupaten Manggarai Barat, dan beberapa seniman dari wilayah kabupaten lain di Flores. Pengembangan subsektor musik didampingi Ivan Nestorman.
Sementara Anti Yank, Jecko Siompo, dan Bambang Prihadi bertanggung jawab mendampingi subsektor seni pertunjukan tari. Subsektor seni rupa didampingi Heri Pemad, Elia Nurvista, serta Hendra Hehe; dan subsektor penerbitan didampingi Windy Ariestanty dan Dicky Senda.
Advertisement