Hobi Masak, Wanita Ini Rintis Bisnis Kuliner Rumahan Bermodal Rp 3 Juta

Puff Foundry adalah homemade cooking yang bertujuan untuk menginspirasi masyarakat Indonesia tentang makanan makanan khas negara lain di dunia.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Des 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Des 2020, 21:00 WIB
Puff Foundry adalah homemade cooking. Dok
Puff Foundry adalah homemade cooking. Dok

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 bukan hanya tentang krisis kesehatan, namun juga menyangkut krisis ekonomi. Namun, pandemi tidak bisa begitu saja menghalangi niat untuk membuka usaha kuliner. Salah satunya Neni Zunaini (34) yang memutuskan untuk membuka usaha makanan dengan nama “Puff Foundry”.

"Awalnya Juli 2020, memang saya suka memasak karena pandemi covid-19 dan saya juga pernah tinggal di luar negeri, lalu saya suka membagikan hasil masakan saya ke tetangga-tetangga, dan saudara. Terus mereka mengusulkan untuk membuka usaha saja, ternyata respon mereka positif sekali,” kata Neni kepada Liputan6.com, Minggu (27/12/2020).

Neni menjelaskan Puff Foundry adalah homemade cooking yang bertujuan untuk menginspirasi masyarakat Indonesia tentang makanan makanan khas negara lain di dunia.

Makanan yang dibuatnya berdasarkan pengalaman pribadinya dari plesiran ke luar negeri. Setelah mencicipi makanan dari luar negeri, Neni berusaha membuat ulang makanan tersebut dan memodifikasi resep makanan-makanan itu agar tetap cocok di lidah semua orang dan menjadi signature (khas).

“Saya mau mengenalkan banyak orang di Indonesia makanan Asia, saya ingin makanan lokal yang mereka kunjungi ke suatu negara banyak yang enak, saya ingin mengenalkan makanan internasional lainnya tidak hanya burger atau pizza semata,” ungkapnya.

Dia pun memulai usaha dengan modal yang tidak sampai Rp 3 juta. Kendati begitu Neni senang bisa memanfaatkan hobinya menjadi peluang berbisnis di masa pandemi covid-19.

Perempuan asal Tangerang ini mengklaim bahwa makanan kue buatannya tidak memakai pengawet sehingga kualitas rasanya terjamin. Adapun menu makanan yang dijual Neni yakni pastry, cake, kue kering, rice bowl, semacam gorengan isi keju.

Menunya original beef roll, tuna melt roll, smoked beef roll,strawberry cheese roll, blueberry cheese roll, kaya kok roll, mango lassi roll, deep fried crab Rangoon, lobster cone roll, spicy kanikama roll, surf and turf roll, deep fried arancini di riso, markisa torte cake.

“Harganya menurut saya sesuai dengan apa yang ditawarkan masih murah, karena modelnya roll harganya mulai dari Rp 35 ribu dan ada yang harga Rp 200 ribuan karena saya jual cake yang 4 layer, memang menunya sangat bervariatif sehingga harganya juga bervariatif,” jelasnya.

Untuk pemasarannya sudah luas, bahkan sudah sampai ke ke Surabaya dan Yogyakarta. Tapi kalau daerah Bandung belum ada yang pesan. Namun untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, pemesanannya sudah cukup banyak.

Sementara untuk sistem pemesanan, Neni awalnya menerapkan sistem pemesanan Pre Order, tapi setelah dijalani sistem pre order itu kurang efektif untuk meningkatkan penjualannya. Sehingga kini ia menerapkan sistem pemesanan H-1.Dalam sehari biasanya Neni mampu melayani 10 pensanan bahkan lebih.

Dia menegaskan selama dirinya mampu untuk membuat makanan tersebut maka sebisa mungkin ia akan menerima pesanan sebanyak mungkin, apalagi di bulan Desember menjelang Natal banyak pesanan.Menurutnya setiap musim itu pesanan berbeda-beda, terkadang banyak orang yang memesan strawberry cheese atau blueberry cheese.

Termasuk selama Natal banyak yang pesan pastry berbentuk pohon cemara. “Pastry bentuknya pohon cemara lagi laku banget, terus ada arancini juga laku banget,” katanya.

 

Saksikan Video Ini

Fokus Kembangkan Bisnis

puff pastry
puff pastry/copyright: pexels.com/pixabay

Sedangkan untuk keuntungan, Neni mengaku selama Juli-Desember belum memperoleh keuntungan yang signifikan. Lantaran dirinya masih fokus dalam mempromosikan produk makanannya.

Sehingga ketika dirinya mendapatkan keuntungan ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan usahanya seperti foto produk.

“Karena saya masih baru saya banyak memberikan tester kepada teman-teman agar produk makanan saya lebih dikenal orang. Secara profit dari Juli-Desember ini belum ada keuntungan yang signifikan. Dan jika ada uang saya alokasikan untuk foto produk makananan,” ujarnya.

Neni berharap kedepannya bisa memiliki dapur yang mendukung untuk produksi, seperti alat dan perlengkapan memasak yang lengkap. Dirinya bercita-cita selain memiliki toko offline sendiri, juga ingin memproduksi produknya dalam skala besar dan bisa memasok ke supermarket.

Neni mengaku sangat tertarik jika berkesempatan bergabung dengan Everplate, menurutnya Everplate mampu menyediakan dapur yang higienis sehingga bisa mendukung dalam mengembangkan usahanya.

“Tertarik banget karena saya ingin punya dapur yang mendukung usaha saya, dan saya benar-benar ingin melakukan sistem bisnis kitchen bisnis, kerja yang efisien, clean dan higienis. Saya juga ingin belajar plating,” ungkapnya.

Maka dari itu Neni juga berpesan kepada generasi cuan di luar sana yang sedang merintis bisnis atau mengembangkan bisnisnya, apalagi di bidang makanan dan minuman untuk selalu mengutamakan konsistensi rasa.Menurut Neni, mau semurah dan semahal apapun makanan atau minuman yang dijual apabila rasanya tidak konsisten maka itu akan menjadi bumerang bagi kita sebagai pelaku usaha. Sehingga sangat penting untuk menjaga kualitas rasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya