Kurang Produktif, Program Subsidi Gaji Diminta Dievaluasi

Saat pandemi Covid-19, sektor tenaga kerja menjadi salah satu bidang yang terkena dampak besar.

oleh Tira Santia diperbarui 29 Des 2020, 11:17 WIB
Diterbitkan 29 Des 2020, 11:17 WIB
Suasana Jam Pulang Kantor Pekerja di Jakarta
Sejumlah orang berjalan di trotoar pada saat jam pulang kantor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020). Aktivitas perkantoran dimulai kembali pada pekan kedua penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini telah menggelontorkan berbagai stimulus kepada masyarakat untuk bisa bertahan hidup di tengah pandemi Covid-19. 

Namun sayangnya, stimulus pemerintah khusus bagi para pekerja di Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) saat pandemi misalnya, tak mampu membuat pekerja makin produktif. Bantuan tunai dari pemerintah hanya sanggup membuat pekerja yang dirumahkan untuk bertahan hidup.

Dosen Ekonomi dari Perbanas Institute sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam menyoroti program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) di Kemnaker.

Bahkan Piter menyebut, Kemnaker menjadi salah satu kementerian yang track record kinerjanya menjadi yang paling banyak disorot terutama saat pandemi. Ia pun berharap, ke depan akan ada perbaikan seluruh program dari Kemnaker terutama bagi pekerja yang terdampak.

"Kemarin ada reshuffle kabinet, kabarnya akan ada lagi tahun depan. Kami berharap, kementerian-kementerian yang kinerjanya tidak baik menjadi pertimbangan. Tentu pilihannya kembali pada Presiden Jokowi sendiri," ucap Piter kepada wartawan di Jakarta, Selasa (29/12/2020).

Ia menegaskan, tujuan JPS berupa program Tenaga Kerja Mandiri (TKM) untuk penciptaan wirausaha dan padat karya dalam mengurangi dampak pandemi, justru tak terdengar progress-nya hingga kini. Bahkan minim sosialisasi dan pencapaiannya.

"Padahal tujuannya (JPS) baik menciptakan peluang usaha baru bagi pengangguran, tapi sayang eksekusinya sepertinya tidak seperti yang diharapkan. Kemnaker lebih fokus pada Bantuan Langsung Tunai (BLT) subsidi gaji Rp 600 ribu per bulan. Beberapa program saya rasa perlu dievaluasi," katanya.

Program penciptaan wirausaha itu bertujuan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan dan berkelanjutan, seolah menjadi janji manis kepada banyaknya pengangguran yang tercipta saat pandemi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pola Pendampingan

Tukang Tahu Tampil Nyentrik Bak Pekerja Kantoran
Penjual tahu dengan pakaian seperti pekerja kantoran menata dagangannya di pabrik tahu kawasan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Senin (14/12/2020). Ide ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa pekerja industri rumahan juga bisa bekerja dengan rapih dan bersih. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Piter mengapresiasi segala upaya bantuan dari pemerintah, hanya saja banyak yang tak tepat sasaran di lapangan. Sehingga, ikhtiar dan modal besar pemerintah menjadi sia-sia dan tak berfaedah.

Sama dengan upaya kembali menciptakan lapangan kerja di tengah pandemi, memang tidaklah mudah kata Piter. Akan tetapi upaya pemerintah masih bisa dilakukan dengan mencari pola pendampingan sehingga pekerja yang menganggur, tetap mampu menciptakan peluang usaha di kondisi yang sulit di tengah pandemi.

Ia menyarankan, agar stimulus di Kemnaker bisa terfokus. Karena selama ini terlalu banyak, sehingga overlapping dan tak tepat sasaran. "Begini, pemerintah kan sudah punya Kartu Prakerja, juga dari Kementerian Pendidikan pelatihan nonformal yang nilainya hampir triliunan, juga ada Balai Latihan Kerja (BLK) di Kemnaker ini mau dibuat macam-macam lagi?," imbuhnya.

Piter meminta agar program stimulus ketenagakerjaan dibuat fokus, supaya mengembangkan sistem agar bisa memanfaatkan teknologi digital, sehingga persoalan data bisa cepat teratasi.

"Pemerintah jadi tahu penyaluran bantuan seperti apa, dan bisa diberikan dengan cepat dan tepat. Jadi bukan bikin program ini program itu, namun eksekusinya minus," kritiknya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya