Susi Pudjiastuti: Kalau Importir Kedelai Tak Mau Ngalah, Ya Susah

Menurut Susi Pudjiastuti, impor kedelai merupakan lahan basah bagi sejumlah pihak karena keuntungannya besar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Jan 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2021, 11:00 WIB
Susi Pudjiastuti Bahas Masalah Natuna di DPP PKS
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat acara diskusi "Ngopi Bareng Presiden PKS" di DPP PKS, Jakarta, Senin (20/1/2020). Diskusi ini mengangkat tema "Sengketa Natuna dan Kebijakan Kelautan". (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti turut mengkritik langkah impor kedelai. Dia menyoroti sejumlah oknum yang pegang kendali atas impor kedelai tersebut.

Melalui akun resmi Twitter @susipudjiastuti, ia mendesak pemerintah untuk mengatur pengeluaran atas produk kedelai dari luar negeri.

"Atur impor untuk tidak terlalu jor-joran, supaya produksi petani dapat pasar dan harga. Awal harus dipaksa," tulis Susi Pudjiastuti, dikutip Selasa (12/1/2021).

Menurut dia, impor kedelai merupakan lahan basah bagi sejumlah pihak karena keuntungannya besar. Oleh karenanya, Susi mengatakan, niat mulia jadi modal utama untuk menyetop impor kedelai yang harganya terus tinggi.

"Tapi kalau yang senang impor tidak mau ngalah, ya susah. Kembali lagi fee atau keuntungan impor itu besar. Hanya kemauan, ketulusan besar dan tinggi yang bisa melawan itu semua," ujarnya.

Susi Pudjiastuti juga mengimbau pemerintah untuk kembali menggagas program-program pertanian dan penghijauan lahan di masa lalu yang terbukti ampuh dalam menjaga ketahanan produksi pangan.

Seperti program reboisasi Gerakan Gandrung Tatangkalan (Rakgantang) yang dicanangkan Solihin GP selaku Gubernur Jawa Barat pada 1970.

"Buat program seperti dulu. Rak Gantang, penghijauan dan palawija, supaya semua tanam, pupuk subsidi ganti untuk bibit gratis dan modal kerja. Pastikan penerimanya benar," imbuh Susi Pudjiastuti.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Terus Naik, Harga Kedelai Tembus Level Tertinggi dalam 6 Tahun

Perajin Tahu Kembali Berproduksi
Pekerja menuang kedelai rebus saat proses pembuatan tahu di Jakarta, Senin (4/1/2021). Setelah melakukan mogok produksi selama 1 hingga 3 Januari 2021 akibat naiknya harga kacang kedelei impor, kini para perajin tahu mulai kembali beroperasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyebutkan harga kedelai yang mencapai 13 dolar AS per bushel (gantang) di pasar global menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.

"Sekarang ini harga kedelai itu 13 dolar AS per bushel, per rumpunnya. Ini adalah harga tertinggi dalam enam tahun terakhir," kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers secara virtual dikutip dari Antara, Senin (11/1/2021).

Bushel adalah unit pengukuran yang berlaku di AS yang digunakan menakar volume kering suatu komoditas perdagangan, khususnya komoditas pertanian seperti kedelai. Ukuran 1 bushel = 27,2 kg.

Lutfi menyampaikan bahwa tingginya permintaan kedelai di pasar global, serta produksi yang menurun menjadi penyebab utama melambungnya harga kedelai.

Seperti diketahui, harga kedelai yang dibeli perajin tahu tempe dari para importir mengalami lonjakan. Berdasarkan data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indoensia (Gakoptindo), harga kedelai melonjak hingga Rp9.300-9.800 per kg, dari kisaran harga normal Rp6.000-Rp7.000 per kg.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan Argentina, salah satu negara produsen kedelai, selain mengalami gangguan cuaca basah La nina, di sana juga terjadi aksi mogok pekerja di sektor distribusi dan pengapalan.

Selain itu, China yang menjadi negara importir terbesar kedelai meningkatkan jumlah permintaannya (demand) dari 15 juta ton menjadi 28 juta ton untuk pakan ternak babi, sehingga mengakibatkan tingginya harga.

Lutfi menjelaskan bahwa pada tahun 2019-2020, China mengalami serangan flu babi (swine flu) sehingga menyebabkan seluruh ternak di negara tersebut harus dimusnahkan.

"Hari ini mereka memulai ternak lagi dengan jumlah sekitar 470 juta yang tadinya makanannya tidak diatur, karena jumlah babi yang besar ini hampir melipatgandakan permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat dalam kurun waktu yang singkat," kata Lutfi.

Namun demikian, Kemendag memastikan bahwa stok kedelai di Indonesia tercukupi dalam tiga sampai 4 bulan ke depan. Hanya saja terjadi kenaikan harga.

Oleh karenanya, Kemendag menjembatani antara importir kedelai, perajin dan pedagang tahu tempe.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya