Survei: 81,5 Persen Pengusaha Ultra Mikro Hidup di Kontrakan dan Tanggung Utang

Kondisi buruk ekonomi pelaku usaha ultra mikro di masa pandemi ini akibat jatuhnya secara drastis permintaan pasar dan hilangnya pelanggan.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2021, 15:06 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 15:05 WIB
Kabut Metan Kaki Bukit Bantar Gebang
Pagi itu suasana di permukiman terlihat sepi, kabut tipis udara pagi menyelimuti rumah-rumah petak yang berada di pinggiran gunungan sampah TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta Survei lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menemukan jika tingkat kesejahteraan keluarga usaha ultra mikro di Jabodetabek sangat rendah. Sebanyak 81,5 persen responden diketahui masih tinggal di rumah kontrakan, serta 58,0 persen diantaranya memiliki utang.

"Sangat ironis, kerentanan hidup keluarga miskin kota ini bisa luput dari bantuan pemerintah. Bahkan, sebesar 47,5 persen responden mengaku sama sekali tidak pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah," tegas Direktur IDEAS Yusuf Wibisono dalam pernyataannya, Jumat (15/1/2021).

Selain itu, meski beroperasi dengan jam kerja yang panjang mereka mengalami kejatuhan omset hingga 40 persen. Menurutnya, kondisi buruk ekonomi pelaku usaha ultra mikro di masa pandemi ini akibat jatuhnya secara drastis permintaan pasar dan hilangnya pelanggan.

"Bila sebelum pandemi hanya 24,5 persen responden yang keuntungan harian-nya dibawah Rp 100 ribu, maka di masa pandemi angka ini melonjak menjadi 77,1 persen responden. Temuan-temuan ini menunjukkan betapa keras pandemi menghantam usaha ultra mikro," tutur Yusuf.

IDEAS juga menemukan data jika selama pandemi, hambatan terbesar responden terbesar ialah produk yang sering tidak laku dan minimnya pembeli sebesar 45,5 persen.

Kemudian tidak memiliki lokasi usaha sebesar 36,0 persen. Razia atau penertiban sebesar 8,0 persen dan larangan berdagang sebesar 6,0 persen.

"Di masa pandemi, seluruh hambatan usaha terfokus pada jatuhnya permintaan pasar dan hilangnya pelanggan," terangnya.

 

Dukungan Pemerintah

Bansos. Kemensos
Bansos. Kemensos

Untuk itu, IDEAS meminta pemerintah harus memfokuskan intervensi pada dukungan pemasaran yang memberikan hasil secara cepat bagi usaha ultra mikro.

"Klastering digital untuk usaha ultra mikro misalnya, dapat meningkatkan jangkauan usaha ultra mikro ke konsumen," tandasnya.

Untuk diketahui, survei terkait dampak pandemi terhadap usaha ekonomi mikro dilakukan di wilayah Jabodetabek tersebut dimulai pada bulan Juli 2020 lalu.

Total ada 200 responden pelaku usaha di sektor perdagangan dengan kriteria usaha tanpa pegawai, tanpa lokasi usaha, tanpa kendaraan bermotor, dan bukan merupakan distributor usaha besar.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya