Bermodal Nekat Jualan Baja, Pria Vietnam Ini Jadi Miliarder Berharta Rp 26,6 T

Tran Dinh Long memulai Hoa Phat bersama teman-temannya pada 1992 sebagai distributor peralatan konstruksi bekas.

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Jan 2021, 21:42 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern
Ilustrasi Miliarder. Unsplash/Mathieu Stern

Liputan6.com, Jakarta Tran Dinh Long tidak memiliki pengalaman di industri baja ketika memutuskan terjun ke bisnis komoditas ini pada pertengahan 1990-an. Ia saat itu hanya memberanikan bertaruh jika Vietnam akan membutuhkan lebih banyak baja seiring dengan perkembangan negara.

"Yang saya miliki hanyalah hasrat dan sedikit rasa takut," kata Long yang merupakan pendiri dan Chairman Hoa Phat Group, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (21/1/2021).

Beberapa dekade kemudian, bisnisnya menjadi sangat sukses dan mengantarkan wirausahawan berusia 59 tahun itu sebagai miliarder. Saham Hoa Phat naik lebih dari dua kali lipat pada tahun lalu disebabkan lonjakan keuntungan.

Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index, aliran keuntungan tersebut membuat kekayaan pria asal Hanoi dan istrinya itu menjadi USD 1,9 miliar setara Rp 26,6 triliun, setelah memperhitungkan saham yang dijaminkan.

Long yang memiliki 26 persen dari Hoa Phat mengatakan, saham tersebut tidak dinilai terlalu tinggi meskipun rasio harga terhadap pendapatan mendekati tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Membangun Hoa Phat

Long memulai Hoa Phat bersama teman-temannya pada 1992 sebagai distributor peralatan konstruksi bekas. Lalu pada 1996, mereka memutuskan beralih ke baja. Pada 2017, perusahaan membangun kompleks baja Dung Quat senilai USD 2,6 miliar di pusat Vietnam.

Hoa Phat berencana mengembangkan kompleks baja Dung Quat kedua mulai Januari 2022, dan akan beroperasi tiga tahun kemudian. Long ingin perusahaannya bisa memenuhi peningkatan permintaan untuk hot-rolled coil.

Proyek ini, kata Long, dapat membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan tahunan sebanyak 80 persen dari level saat ini.

"Vietnam menempati peringkat rendah dalam konsumsi baja per kapita. Sedangkan negara itu hanya mengambil langkah pertama dalam pengembangan infrastruktur. Dengan kompleks Dung Quat, Hoa Phat akan menjadi pemain dominan," ungkap Associate Director of Research at Dragon Capital Group, Pham Mai Trang.

 

Saksikan Video Ini

Sempat Kehilangan Status

banner infografis
Ilustrasi Miliarder (Liputan6.com/Deisy)

Perusahaan tersebut menjadi lambang pertumbuhan ekonomi Vietnam, yang bahkan terus meningkat pada tahun lalu ketika negara-negara lain terdampak pandemi Covid-19. Vietnam relatif tidak terluka karena pandemi dengan catatan kurang dari 1.600 kasus.

"Sebuah negara industri baru harus membangun banyak infrastruktur. Dan itu membutuhkan besi dan baja," tutur Long dalam sebuah wawancara di Hanoi.

Ekonomi Vietnam tumbuh 2,9 persen pada 2020, dan produk domestik bruto (PDB) diharapkan meningkat 7,6 persen pada tahun ini.

"Jika ekonomi tumbuh 7 persen hingga 8 persen, permintaan baja akan naik 10 persen hingga 12 persen," jelas Long.

Hoa Phat membukukan peningkatan pendapatan 40 persen dan lonjakan laba 56 persen dalam sembilan bulan yang berakhir pada September 2020, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi ketika Vietnam meningkatkan belanja infrastruktur.

Berdasarkan data General Statistic Office, total investasi publik Vietnam mencapai 408,8 triliun dong atau sekira USD 17,6 miliar dalam 11 bulan pertama pada 2020. Ini adalah level tertinggi selama periode dalam dekade terakhir.

Long kembali ke jajaran miliarder setelah kehilangan status tersebut pada 2018, ketika saham Hoa Phat merosot.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya