Sri Mulyani: SWF Jadi Pelengkap Pemulihan Ekonomi 2021

Kehadiran Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA), akan menjadi instrumen yang mendukung pemulihan ekonomi pada 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2021, 14:20 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2021, 14:20 WIB
Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani saat Work From Home atau Kerja dari Rumah. (dok. Instagram @smindrawati/https://www.instagram.com/p/B90ymKQp0sH/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyebut, kehadiran Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA), akan menjadi instrumen yang mendukung pemulihan ekonomi pada 2021.

“Instrumen ini akan mampu menjadi pelengkap upaya kita di dalam mendorong pemulihan ekonomi, dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian,” kata dia seperti ditulis Jumat (22/1).

Untuk mendukung pemulihan ekonomi lainya, pemerintah juga akan tetap memberikan berbagai insentif fiscal policy, termasuk insentif pajak kepada dunia usaha. Dukungan diberikan kepada berbagai industri yang memiliki peranan strategis sehingga Indonesia mampu membangun sektor industri yang makin kuat.

“PPh, PPN, dan KUP kita akan terus di-adjust di dalam rangka untuk memberikan rezim perpajakan yang friendly terhadap dunia usaha. Namun tugas kami juga tetap harus mengumpulkan penerimaan perpajakan karena itu adalah sumber bagi belanja negara untuk melindungi Indonesia ke depan," jelas dia.

"Oleh karena itu, keseimbangan antara pengumpulan penerimaan pajak dan tujuan kita untuk memberikan dukungan dan insentif usaha akan terus kita lakukan oleh Kementerian Keuangan,” sambung dia.

Bendahara Negara itu menambahkan, kebijakan strategis APBN 2021 akan terus mendukung keberlanjutan program pemulihan ekonomi, terutama untuk penanganan kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L dan pemda, dukungan UMKM dan pembiayaan korporasi, dan insentif usaha.

“Program-program perlindungan sosial tahun 2021 yang mencapai Rp408 triliun juga untuk masyarakat kita yang masih akan menghadapi masa transisi dan tekanan yang belum sepenuhnya pulih, baik itu dalam bentuk bantuan sosial maupun bantuan bagi anak-anak didik yang tidak mampu dalam bentuk beasiswa,” kata dia.

Selain itu sektor pendidikan, infrastruktur, serta teknologi informasi dan komunikasi (ICT) juga akan menjadi fokus pemerintah pada tahun 2021.

“(Anggaran) pendidikan Rp550 triliun dan kesehatan Rp169 triliun. Kita juga akan terus mendorong pembangunan kembali infrastruktur secara berkelanjutan, termasuk infrastruktur jalan dan infrastruktur ICT, Rp417 triliun untuk infrastruktur dan untuk ICT Rp26 triliun,” tukasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Waskita Karya Siap Lego Jalan Tol ke SWF Bila Belum Terjual

Gedung PT Waskita Karya (Persero) Tbk
Gedung PT Waskita Karya (Persero) Tbk (dok: WSKT)

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) siap  divestasi sejumlah jalan tol  untuk membayar utang akibat investasi  jangka panjang. Dalam pemaparannya, emiten dengan kode WSKT ini menegaskan terdapat 9 hingga 11 ruas tol yang akan dilego pada 2021.

Rencana divestasi sebenarnya sudah dilakukan sejak 2019. Namun, proses selama dua tahun harus ditunda  karena pandemi Covid-19.

"Rencana kami itu 2019 ada 2 ruas, 2020 5 ruas, tapi karena tak terjadi, jadi kami rencanakan 2021. Mungkin ada 9 sampai 11 ruas tol target kami tahun ini. Potensial buyer itu sebenarnya sudah ada. Kami sudah tawarkan sudah ada peminatnya, dilakukan negosiasi, ada beberapa investor yang ingin melihat fisiknya, tapi karena tak bisa datang, ini tertunda," kata Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono.

Telah melakukan beragam cara, Destiawan mengaku bila penawaran langsung kepada pembeli maupun dengan penawaran terbuka (open bidding) sudah dilakukan pihaknya.

Apabila, hingga 2021 belum juga terjual, Waskita Karya siap menawarkan sejumlah jalan tol melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) bernama Indonesia Investment Authority (INA).

"Kami berharap SWF ini bisa terbentuk sehingga kami bisa menawarkan melalui SWF untuk ruas ruas yang belum ada peminatnya, atau dalam proses transaksinya ini, kami berharap SWF bisa segara terbentuk. Menurut informasi akhir Februari sudah terbentuk," ujar dia.

Sebelumnya, Destiawan menyebut, dampak pandemi Covid-19 membuat kinerja perseroan menjadi terganggu guna menggaet investor maupun menawarkan hasil produknya. Menyusul terbatasnya pergerakan investor akibat ancaman pandemi COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya