Harga Ayam Hidup Anjlok ke Rp 15.000 per Kg, Peternak Menjerit

Tercatat kurang lebih 7 hari diakhir Januari 2021 harga ayam kembali terkoreksi jauh dibawah harga pokok produksi (HPP) peternak.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 15:00 WIB
Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Tercatat kurang lebih 7 hari diakhir Januari 2021 harga ayam kembali terkoreksi jauh dibawah harga pokok produksi (HPP) peternak. Catatan asosiasi perunggasan melalui Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia penurunan merata diseluruh wilayah terutama pulau Jawa.

Harga terendah diwilayah Jawa tercatat menyentuh harga Rp 15.000 per kg dihampir seluruh wilayah Jawa Tengah. Bagai peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga kondisi usaha budidaya peternak mandiri yang sebelumnya merugi selama 2 tahun terakhir, semakin berat ketika secara tiba-tiba harga ayam hidup terjun bebas dari level harga Rp 19.500-20.000 per kg secara bertahap turun selama 7 hari terakhir menjadi Rp 15.000 per kg.

"Mengapa tiba-tiba, karena peternak yakin dengan kebijakan pemerintah melalui Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian tentang pengendalian supply produksi perunggasan melalui pengendalian dan produksi DOC harga dibulan Januari seharusnya stabil diatas HPP peternak," ungkap Sekretaris Jenderal GOPAN Sugeng Wahyudi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (1/2/2021). 

Argumentasi ini cukup beralasan mengingat pada tanggal 26 November 2020 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengeluarkan SE yang mewajibkan perusahaan pembibitan unggas untuk mengurangi 61.254.748 butir telur tertunas umur 19 hari atau setara 57.028.170 ekor DOC.

Ditambah pemerintah mewajibkan perusahaan pembibitan untuk mengurangi indukan ayam (Parent Stock) umur lebih dari 50 minggu sebanyak 4.000.000 ekor. Anjloknya harga ayam ini mengguncang usaha budidaya peternak mandiri yang sebelumnya sudah menanggung beban akibat naiknya harga DOC (Day Old Chick/anak ayam umur 1 hari) sejak 2 bulan lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rogoh Kocek Lebih Dalam

Peternak Ayam Potong
Sekumpulan ayam potong yang sudah siap dijual menunggu makanandi Kawasan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/09/2020). Harga ayam potong di sana dijual Rp 24 ribu per kilogram, di mana saat masa pandemi harganya mengalami naik turun di pasaran. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Saat ini peternak mandiri harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli DOC yang sudah menyentuh harga Rp 7000 per ekor. Kondisi ini jauh diatas harga referensi pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 yang menetapkan harga DOC pada level harga Rp 5.000-Rp. 6.000 per ekor. Ditambah lagi naiknya harga pakan pada level Rp 7.000-7.500 per kg membuat beban produksi peternak mandiri semakin berat.

“Catatan kami saat ini dengan tingginya harga DOC dan Pakan, maka HPP peternak mandiri saat ini menyentuh harga sekitar Rp 19.300-Rp. 19.500 per kg. Sementara harga jual ayam hidup sejak 7 hari lalu anjlok diharga Rp. 15.000 per kg. Ini sangat berat dan kami tidak ingin hal serupa kerugian selama 2 tahun terakhir terulang ditahun 2021," kata dia.

"Jika kondisi ini tidak disikapi untuk dicarikan solusinya, keberadaan usaha budidaya peternak mandiri yang 2 tahun lalu tinggal 20 persen dari total produksi nasional akan semakin menyusut atau bahkan menghilang. Ini sungguh ironi dinegeri yang berasaskan pancasila yang memberikan kesempatan seluas-luasnya setiap orang untuk berusaha. Tiba-tiba usaha budidaya peternak mandiri hilang dari usaha perunggasan nasional” papar Sugeng.

Melihat perkembangan saat ini GOPAN bersama PINSAR Indonesia berinisiatif untuk mengkonsolidasikan semua stakeholder perunggasan nasional untuk mengevaluasi dan mengupayakan perbaikan harga jual ayam hidup menuju harga referensi pemerintah (Permendag No 7 Tahun 2020) pada level harga Rp 19.000-Rp 21.000 per kg.

“Kami akan mengadakan rapat koordinasi perunggaasan nasional pada selasa 2 Februari nanti di Bogor, sebagai upaya mengkonsolidasikan stakeholder perunggasan nasional yang terdiri dari perwakilan Komisi IV DPR RI, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Satgas Pangan POLRI, perusahaan integrasi, peternak mandiri dan asosiasi peternak ayam broiler untuk bersama-sama mengevaluasi dan mencari soluasi agar harga jual ayam hidup membaik dan menuju harga refrensi pemerintahn" tutur Sugeng.

"Selain itu kami juga berupaya melalui rapat koordinasi perunggasan nasional tersebut harga – harga sapronak (DOC dan pakan) juga bisa menyesuaikan harga referensi pemerintah. Jika ini bisa terwujud setidaknya dapat menekan harga HPP dan produksi ayam nasional semakin kompetitif," ungkap Sugeng

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya