Liputan6.com, Jakarta Negara bagian Washington State, Amerika Serikat berencana mengenakan pajak 1 persen untuk setiap penduduk yang memiliki kekayaan lebih dari USD 1 miliar (Rp 14 triliun).
Empat orang terkaya atau miliarder di negara tersebut diprediksikan menyumbang 97 persen dari total penerimaan pajak ini, diantaranya ada nama Jeff Bezos dan Bill Gates.
Baca Juga
Meski begitu, kebijakan pengenakan pajak bagi miliarder ini masih dalam proses usulan oleh parlemen. Mereka menyebut usulan kebijakan ini sebagai upaya mengurangi ketimpangan sosial dan meningkatkan pendapatan negara bagian dari pajak.
Advertisement
Rencananya pungutan pajak ini hanya bersumber dari kekayaan bukan benda, seperti saham, atau investasi keuangan lainnya. Jika kebijakan ini terealisasi, maka penerimaan pajak akan membantu meningkatkan pendapatan wilayah USD 2,5 miliar per tahun.
Jared Walczak seperti dikutip dari CNBC, (10/2/2021) menemukan bahwa mayoritas pendapatan pajak tersebut akan bersumber dari empat orang terkaya di Washington State.
Kekayaan Bezos sekitar USD 200 miliar akan menyumbang USD 2 miliar untuk pajak, Bill Gates dengan kekayaan USD 135 miliar akan menyumbang USD 1,3 miliar.
Kemudian miliarder lainnya ialah Steve Ballmer, mantan CEO Microsoft akan membayar USD 870 juta dan MacKanzie Scott, mantan istri Bezos akan membayar sekitar USD 600 juta.
Selain empat orang tersebut, Departemen Pendapatan mengestimasi sedikitnya ada 100 miliarder di wilayah tersebut yang potensial untuk membayar pajak. Sementara menurut Forbes, jumlah miliarder di wilayah tersebut jumlahnya puluhan.
Â
Saksikan Video Ini
Pindah untuk Hindari Pajak
Jika melihat total kekayaan dari empat miliarder tersebut seharusnya total pendapatan pajak bisa melampaui USD 2,5 miliar. Namun, imbas dari penerapan pajak ini, beberapa orang berspekulasi bahwa pakar pajak negara bagian telah memprediksikan kepergian beberapa dari mereka sehingga pendapatan dari pajak miliarder akan menyusut.
Prediksi serupa juga datang dari sejumlah kritikus yang menilai empat orang terkaya tersebut bisa saja memutuskan untuk pindah ke negara bagian lainnya untuk menghindari pajak.
Terlebih semua orang kaya tersebut kini tidak lagi memegang jabatan penting di perusahaannya masing-masing, sehingga tidak mengharuskan menetap di tempat yang sama setiap hari.
Walczak juga memprediksikan setiap miliarder bisa saja berpindah ke negara bagian yang lain dan menetapkannya sebagai tempat tinggalnya. Mereka masih bisa menghabiskan waktu untuk tinggal selama 182 hari di Washington State kemudian kembali ke tempat tinggalnya untuk menggugurkan kewajiban pajaknya.
"Penduduk kaya ini masih membayar bagian yang tidak proporsional dari pajak negara bagian dan lokal serta berkontribusi besar pada ekonomi lokal. Mengusir mereka akan memiliki konsekuensi serius di luar kegagalan pajak baru," tulis dia.
Pendapat tersebut juga sejalan dengan pandangan Orion Hindawi, CEO Tanium yang baru saja memindahkan keluarga dan perusahaannya dari California ke negara bagian tersebut.
Dia telah berdiskusi dengan Asosiasi Industri Teknologi Washington, dan menyebut Washington dapat kehilangan daya saingnya jika kebijakan tersebut tetap ditandatangani.
Dia menyebut Fleksibilitas pekerjaan karena pandemi juga memungkinkan para eksekutif perusahaan tidak terikat pada satu wilayah tertentu.
"Kenyataan dari situasinya adalah orang-orang yang tinggal di negara bagian Washington memiliki fleksibilitas yang tidak dimilikinya setahun yang lalu, dan itu terus menerus,"
KETIMPANGAN PAJAK ORANG KAYA
Noel Frame, salah satu perwakilan negara bagian yang mengusulkan RUU tersebut, mengatakan bahwa orang berpenghasilan terendah membayar 18 persen dari pendapatan mereka dalam pajak negara, sementara 1 persen orang terkaya hanya membayar 6 persen dari pendapatan mereka dalam pajak negara.
Menurutnya, memajaki aset keuangan dari miliarder turut membantu pemerintah menghindari masalah perpajakan selama ini. Terutama adanya kesulitan untuk menarik pajak dari real eastate, barang koleksi, seni dan barang lainnya yang memiliki perhitungan pajak lebih sulit.
"Pendapat bahwa mereka hanya akan mengambil dan pergi merupakan pandangan yang sinis, dan itu tidak didukung bukti," sebut Frame menjawab kritikan sejumlah pihak.
Reporter: Abdul Azis SaidÂ
Advertisement