Pemanfaatan PLTS Bakal Percepat Target Bauran EBT 23 Persen

Pemerintah terus menyusun langkah meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Feb 2021, 11:51 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2021, 11:51 WIB
Ilustrasi energi bersih dan terbarukan
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus menyusun langkah meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di tahun 2025. Tenaga surya dinilai menjadi opsi terbaik untuk mempercepat target bauran EBT tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pemanfaatan energi surya dinilai dapat dilakukan dengan mudah dimana saja.

"Kami lihat pendekatan paling cepat adalah melalui pemanfaatan energi surya, kan ini ada dimanapun dan nggak sulit melakukan studi kelayakan untuk membangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) apalagi untuk di rooftop," ujar Dadan dalam webinar Central Java Solar Day 2021, Selasa (16/2/2021).

Dadan menjelaskan, saat ini Ditjen EBTKE KESDM memiliki beberapa program untuk PLTS, misalnya PLTS terapung, contohnya PLTS cirata.

"Angkanya cukup baik dari sisi harga sudah bisa masuk di bawah BPP (Biaya Pokok Penyediaan Listrik) pembangkitan Jawa," ujar Dadan.

Menurutnya, akan lebih baik lagi jika pengembangan PLTS ini dikombinasikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dadan bilang, hampir semua PLTA digunakan sebagai peaker yang hanya digunakan saat beban puncak dan tidak dapat digunakan selama 24 jam karena ketersediaannya semakin terbatas.

"Umumnya dipakai sore hari, nah siangnya, logisnya, PLTA digantikan dengan PLTS, jadi ini PLTA dan PLTS ini saling mengisi," ujarnya.

Sementara itu, hingga akhir 2020, jumlah bauran EBT baru mencapai 11,5 persen. Dalam waktu 5 tahun, Indonesia harus bekerja lebih keras agar target 23 persen dapat tercapai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Capai EBT 23 Persen di 2025, Indonesia Harus Tambah Kapasitas 2-3 GW per Tahun

Peluang Investasi EBT di Indonesia Semakin Terbuka Lebar
Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 12 Tahun 2017 membuat peluang investari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) semakin terbuka lebar.

Pemerintah telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 23 persen pada tahun 2025. Hal ini juga telah tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Di sisi lain, capaian EBT Indonesia hingga 2020 baru berada di angka 11,51 persen. Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan dalam waktu 5 tahun saja.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan, IESR memprediksi penambahan kapasitas EBT hanya mencapai 400 hingga 500 Mega Watt (MW) saja tahun 2021 ini.

"Menurut analisa IESR, untuk mencapai target bauran 23 persen di 2025, Indonesia harus menambahkan kapasitas EBT setiap tahun sekitar 2 hingga 3 tahun," ujar Fabby dalam konferensi pers daring, Senin (25/1/2021).

Adapun, kapasitas baru yang dimaksud berasal dari proyek panas bumi dan pembangkit listrik tenaga air. Dalam hal ini, pemerintah dinilai harus mempertimbangkan pengembangan EBT yang berpotensi besar seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baik secara industri maupun rumah tangga agar dapat mendorong tercapai target bauran EBT yang dimaksud.

Menurut catatan Liputan6.com, Indonesia masih punya potensi energi surya sebesar 207,8 Giga Watt (GW), namun baru dimanfaatkan sebesar 150,2 MW peak atau 0,07 persen dari total keseluruhan potensi. Tentunya, sangat besar jika dibandingkan dengan energi fosil.

Transisi energi sendiri sudah semakin menjanjikan dari segi ekonomi. Kemajuan teknologi dan implementasi skala luas memungkinkan adanya penurunan biaya investasi EBT terutama pada PLTS dan PLT Bayu (angin).

"Dalam periode 2010-2019, harga panel surya dan turbin angin turun 89 persen dan 59 persen. Baterai Li-ion juga turun 89 persen, sehingga momentum ini harus segera dimanfaatkan," ujar Fabby.

Realisasi Pembangkit Listrik EBT Capai 10.467 MW di 2020

Pemerintah siapkan Target Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Pekerja melakukan pengecekan panel surya di atas gedung di kawasan Jakarta, Senin (31/8/2020). Pemerintah tengah menyiapkan peraturan presiden terkait energi baru terbarukan dan konservasi energi agar target 23 persen bauran energi di Indonesia bisa tercapai pada 2045. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sepanjang 2020 tercatat realisasi pembangkit listrik EBT telah mencapai 10.467 megawatt (MW). Bertambah jika dibandingkan 2019 yang sebesar 10.292 MW.

"Kapasitas pemgbangkit listrik energi baru terbarukan terus meningkat," kata Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2020 Dan Rencana Kerja Tahun 2021 secara virtual, Jakarta, Kamis (7/1/2021).

Adapun tambahan kapasitan pembangkit EBT berasal dari PLTA Poso sebesar 66 MW, PLTBm Merauke sebanyak 3,5 MW. PLTM Sion sebesar 12,1 MW dan 13,4 MW dari PLTS Atap. Di tahun 2021, Arifin menargetkan akan menambah pembangkit listrik EBT dengan kapasitas 12.009 MW.

Target ini dibuat pemerintah sebagai komitmen nasional dalam penurunan emisi sesuai UU No. 16 tahun 2016 tentang Pengesahan paris Agreement to UNFCCC. Termasuk dengan Perpres No. 61 tahun 2011 tentang RAN GRK, pemerintah menargetkan tahun 2024 mendatang target bauran penggunaan energi bersih mencapai 23 persen. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya