Lewat Batam Logistic Ecosystem, Sri Mulyani Bisa Kejar Penyelundup di Selat Malaka

Sri Mulyani menjelaskan, Batam Logistic Ecosystem sendiri merupakan bagian dari ekosistem logistk nasional atau National Logistics Ecosystem (NLE).

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Mar 2021, 18:20 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2021, 18:20 WIB
Monumen Welcome to Batam
Monumen Welcome to Batam menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Batam. Tulisan itu menghadap langsung ke dermaga kapal ferri internasional sebagai sambutan selamat datang wisatawan. (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mendorong kolaborasi antar kementerian dan lembaga serta dunia usaha untuk urusan penataan logistik di platform ekosistem logistik Batam atau Batam Logistic Ecosystem (BLE).

Tidak berhenti di penataan logistik, Sri Mulyani mengatakan, kolaborasi juga dilakukan dalam upaya untuk menertibkan penyelundupan di Selat Malaka, Pesisir Timur, dan Batam.

Menurut dia, penertiban ini sejalan dengan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi yang dikoordinasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beserta seluruh aparat penegak hukum terkait di wilayah yang rawan penyelundupan karena berdekatan dengan negara tetangga.

"Saya tentu berharap bahwa seluruh aparat penegak hukum, KPK dan di bawah seluruh kewenangan atau koordinasi Pak Mahfud MD untuk bisa ikut bersama-sama memahami keseluruhan ekosistem. Sehingga kita tidak merancukan antara yang legal dan ilegal, yang kemudian menyebabkan yang legal jadi tidak mudah sementara yang ilegal malah tidak bisa kita tangani," ujarnya, Kamis (18/3/2021).

Sri Mulyani menjelaskan, Batam Logistic Ecosystem sendiri merupakan bagian dari ekosistem logistk nasional atau National Logistics Ecosystem (NLE). BLE disebutnya merupakan salah satu perwujudan upaya peningkatan kolaborasi dan sinergi antar kementerian/lembaga yang tidak hanya berfokus pada kolaborasi sistem antar pemerintahan (B2G2G), tapi juga antar pemerintahan dan bisnis, serta antar bisnis (G2B2B).

Beberapa layanan yang sudah dapat dimanfaatkan di dalam Batam Logistic Ecosystem saat ini adalah layanan pemesanan kapal, layanan pemesanan truk angkut barang (truckint) hingga proses pembayarannya. Pelayanan ini tentu akan tumbuh dan berkembang kedepanya dengan menambah layanan-layanan baru seperti warehouse dan depo.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyatakan, pengimplementasian Batam Logistic Ecosystem akan menciptakan efisiensi, transparansi dan peningkatan kualitas layanan melalui kompetisi yang sehat, menggiring behaviour customer proses bisnis logistik untuk masuk ke era digital, serta mempercepat proses logistik di Batam.

Semua itu akan mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh pengguna jasa dalam layanan ship to ship atau floating storage unit."Presiden Joko Widodo selalu menekankan kepada kita semua, negara sekarang bukan yang kuat yang akan memenangkan persaingan, bukan yang besar yang memenangkan persaingan, tetapi yang cepat yang memenangkan persaingan. This ia what the speed all about. Kecepatan jadi sangat penting," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Luncurkan Batam Ekosistem Logistik, Luhut Ingin Tarik Investasi dari Negeri Seberang

Singgung Transisi Energi Terbarukan, Menko Luhut Optimis Indonesia dengan Potensi Indonesia
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan hadir secara virtual untuk menjadi keynote speaker dalam Platform Virtual The 9th Indonesia EBTKE CONEX 2020.

Pemerintah meluncurkan platform ekosistem logistik di Batam (Batam Logistic Ecosystem/BLE) di Batam sebagai pilot project dari ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosystem/NLE).

Pada kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, peluncuran ini dilakukan karena pemerintah ingin Indonesia bisa bersaing secara efisiensi biaya.

"Kita tuh pengennya efisien, itu aja. Jadi ada B2B, G2G, jadi kita semua pengen Indonesia bisa bersaing dari cost," kata Luhut dalam sesi teleconference, Kamis (18/3/2021).

Luhut menyatakan, penyederhanaan sistem pembiayaan tersebut akan membuat pemasukan investasi ke Indonesia semakin besar. Dalam urusan efisiensi pembiayaan, ia menyebutkan Indonesia masih kalah dengan negeri tetangga seperti Singapura.

"Negara di seberang kita 13 persen, kita 25,3 persen. Masa beda hampir 10 persen, 9 koma sekian persen. Kalau beda gitu banyak orang beda 9 persen ngapain investasi ke indonesia. Dengan itu terjadi penerimaan negara tambah, efisiensi," tegasnya.

"Anda bayangin kalau perdagangan begitu banyak, orang sudah beda 10 persen selisihnya, ngapain orang datang ke Indonesia investasi. Simple as that aja," ujar Luhut.

Jika skema itu terjadi, maka ia percaya penerimaan negara pun secara otomatis akan bertambah.

"Efisiensi misal kita menertibkan lego jangkar yang sekarang tinggal 6, sekarang kita kontrol, kita promosikan bergelombang sehingga 81 ribu kapal itu, kalau kita bisa ambil 20 persen saja itu sudah kita mendapatkan penerimaan cukup besar," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya