Liputan6.com, Jakarta Pukulan pandemi terhadap perekonomian dunia membuat banyak negara kewalahan untuk bisa membalikkan kondisi, tapi Asia lebih baik.
Perekonomian sebagain besar kota-kota di Asia kini tumbuh makin besar dan membuatnya kian mahal, tidak terkecuali Jakarta.
Dikutip dari CNBC, Selasa (13/4/2021) dalam data terbaru yang dirilis oleh perusahaan keuangan asal Swiss, Bank Julius Baer, menempatkan Jakarta berada di peringkat 20 dari 25 kota paling mahal di dunia bagi para ultra-jutawan.
Baca Juga
Berdasarkan pemeringkatan itu, Jakarta berada di peringkat 9 kota termahal di Asia. Serta di peringkat keempat di Asia Tenggara, setelah Singapura, Bangkok dan Manila.
Pemeringkatan tersebut didasarkan pada harga jual sejumlah barang mewah yang paling sering dibeli oleh para ultra-jutawan. Seperti tas mewah, mobil, asuransi kesehatan, smartphone, hingga perlengkapan olahraga.
Dari 18 item barang yang diperbandingkan di 25 kota termahal tersebut, Jakarta berada di peringkat terbawah atau kota termurah untuk sejumlah barang seperti harga sepeda, paket teknologi, properti tempat tinggal, hingga jasa sewa pengacara.
Sementara itu, Jakarta juga berada di antara lima kota paling mahal di dunia untuk sejumlah barang lainnya. Seperti harga Whiskey, tas dan sepatu wanita.
Jakarta dan delapan kota-kota besar Asia lainnya yang terus tumbuh, membawa Asia tetap mempertahankan gelarnya sebagai kawasan dengan biaya paling mahal di dunia.
Hal ini dilihat oleh ahli, dikarenakan sebagian besar kota-kota Asia tersebut mengalami pemulihan yang cepat sehingga harga barang-barang secara konsisten tetap bertahan di harganya saat ini.
"Covid tidak menjadi epidemi (di Asia) dengan cara yang sama seperti negara lain dalam indeks," kata Rajesh Manwani, kepala pasar dan solusi manajemen kekayaan untuk Asia-Pasifik di Bank Julius Baer.
Saksikan Video Ini
India dan China Kian Mahal
Di tengah kebangkitan ekonomi beberapa negara Asia, kondisi berbeda dialami sebagian besar negara di benua Amerika. Kawasan ini yang terpukul oleh pandemi mulai berubah menjadi kawasan termurah untuk menjalani gaya hidup mewah, karena dolar AS dan Kanada jatuh terhadap mata uang global utama lainnya.
Secara keseluruhan, barang mewah yang mengalami penurunan harga terbesar dalam dolar AS adalah sepatu wanita (-11,7 persen), suite hotel (-9,3 persen), dan anggur (-5,3 persen).
Sementara itu, kota Mumbai di India yang selama ini terkenal sebagai salah satu kota metropolitian dengan biaya hidup terjangkau, diprediksi juga akan makin mahal dalam beberapa tahun mendatang.
"Tingkat pertumbuhan India akan meningkat, India akan menjadi lebih mahal. Sekarang itu murah.” sebut Mark Matthews, kepala riset Bank Julius Baer untuk kawasan Asia-Pasifik.
China sebagai pasar terbesar Asia juga akan tetap menjadi pasar barang mewah terkemuka di dunia karena konsumen China yang di masa depan akan mendominasi.
Pada tahun 2025 mendatang, China diperkirakan akan menguasai 47 hingga 49 persen pasar barang mewah, sementara Amerika 16 hingga 18 persen dan Eropa hanya 12 hingga 14 persen.
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓