Sampah Medis Menggunung, Pelaku Industri Rancang Masker Ramah Lingkungan

Masyarakat banyak mengenakan masker sekali pakai (disposable) saat beraktivitas di luar rumah

oleh Tira Santia diperbarui 16 Apr 2021, 12:30 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2021, 12:30 WIB
Petugas DLH DKI Jakarta Pilah Limbah Masker Rumah Tangga
Potret Ikhsanudin menunjukkan masker di Dipo Sampah Kecamatan Pademangan, Ancol, Jakarta, Rabu (24/2/2021). Rata-rata tim di Dipo Ancol mampu mengumpulkan limbah masker bekas pemakaian warga mencapai setengah hingga 1 kilogram, tergantung volume sampah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, banyak negara menganjurkan warganya memakai masker sebagai salah satu ikhtiar untuk membentengi diri dari paparan Covid-19.

Selain masker kain, masyarakat juga banyak mengenakan masker sekali pakai (disposable) saat beraktivitas di luar rumah karena lebih praktis dan memiliki kesan medis.

Tak ayal, pemakaian masker sekali pakai dalam jumlah besar menjadi tak terhindarkan di seluruh dunia. Sebuah penelitian mengungkap, sekitar 129 miliar masker digunakan secara global setiap bulan atau sekitar 2,8 juta lembar per menit.

Di Jakarta, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pernah mengungkap bahwa sampah masker bekas dari rumah tangga telah mencapai 1,5 ton per Desember 2020. Hal ini memunculkan kekhawatiran semakin menimbunnya sampah karena masker disposable umumnya berbahan plastik mikrofiber yang sulit terurai dengan sendirinya di alam.

Melihat potensi ancaman lingkungan tersebut, Direktur Teknis & Business Development dari JITO, Mara Osca Herdiana, produsen masker disposable publik-standar-medis merek JITO, mengatakan saat ini pihaknya telah merancang dan akan segera merilis masker sekali pakai ramah lingkungan (biodegradable). Masker sekali pakai jenis baru ini, menurut Mara, membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk terurai di alam dibanding dengan masker disposable pada umumnya.

“Pada umumnya masker butuh waktu hingga 30 tahun untuk bisa terurai di alam, namun masker ini bisa terurai jauh lebih cepat, sehingga bisa dipastikan ramah lingkungan,” jelas Mara, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/4/2021), di Jakarta.

Menurut Mara, material masker ini sudah diuji oleh analytical laboratories berskala internasional berdasarkan Standard ASTM D5511. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah bahan-bahan tersebut dapat terurai secara alami dengan cepat.

Mara menambahkan, bahan yang diujikan di laboratorium Intertek tersebut adalah material spunbond polypropylene yang menjadi material utama dalam memproduksi masker. Dengan treatment dan development khusus, material spunbond polypropylene diolah sehingga dapat bersifat mudah terurai (biodegradable).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Masa Terurai Material Masker

Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Dari hasil uji laboratorium, terbukti bahwa dalam kurun 45 hari material tersebut berhasil terurai sebesar 8 persen. Sementara itu, untuk mendapatkan hasil terurai hingga 100 persen dibutuhkan waktu selama 562,5 hari atau 1,5 tahun.

“Saat ini kita juga sedang mengembangkan material filter untuk masker berkonsep biodegradable, menggunakan material yang bersifat natural bacteriostatic dan antimicrobial untuk meningkatkan kemampuan filtrasi masker,” terang Mara.

Masker ramah lingkungan ini, lanjut Mara, memiliki kemampuan proteksi seperti masker medis. Meski sama-sama berbahan baku polypropylene, masker ini mampu terurai dengan cepat di alam karena telah melalui treatment dan development secara khusus.

“Masker ramah lingkungan ini akan ada baik untuk jenis masker 3 lapis maupun masker KN95,” papar Mara.

Mara mengatakan, upaya memproduksi masker ramah lingkungan ini merupakan satu bentuk ikhtiar JITO untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung program pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs). Ia berharap, ke depan, hal ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku usaha di industri yang sama untuk juga dapat memproduksi inovasi yang serupa.

“Kepedulian terhadap lingkungan merupakan bentuk dukungan kita kepada program pemerintah dalam menghambat laju penyebaran covid-19 melalui gerakan memakai masker dan juga gerakan pelestarian lingkungan dan waste-management system dalam satu tarikan napas,” kata Mara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya