Harga Minyak Naik Didorong Pelemahan Dolar AS, Tapi Gelombang Pandemi Beri Tekanan

JP Morgan dalam catatan terbarunya memperkirakan harga minyak Brent menembus angka USD 70 pada Mei 2021.

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Apr 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2021, 08:00 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Pendukung utama kenaikan harga minyak adalah pelemahan dolar AS.

Namun kekhawatiran tentang dampak dari peningkatan kasus virus Corona di India dan negara lain membebani harga minyak. Kenaikan kasus tersebut bisa mengurangi permintaan sehingga menekan harga.

Mengutip CNBC, Selasa (20/4/2021), harga minyak mentah Brent naik 0,42 persen ke level USD 67,05 per barel, setelah naik 6 persen pada minggu lalu. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,4 persen menjadi USD 63,38 per barel, setelah naik 6,4 persen minggu lalu.

Nilai tukar Dolar AS diperdagangkan pada level terendah dalam enam minggu jika dibandingkan dengan mata uang utama lainnya pada perdagangan Senin. Sedangkan imbal hasil Treasury AS melayang mendekati level terlemah dalam lima minggu.

Dolar AS yang lebih lemah membuat harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Namun, kasus Covid-19 telah melonjak di India, importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia.

Peningkatan kasus Covid-19 tersebut mengurangi optimisme untuk pemulihan permintaan global yang berkelanjutan sehingga menekan harga minyak.

“Jika pelemahan nilai tukar dolar AS terus bertahan pada perdagangan hari ini maka komoditas energi termasuk minyak mampu mempertahankan sebagian besar keuntungan minggu lalu,” kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.

"Bahaya utama bagi harga minyak adalah kemungkinan munculnya kasus covid-19 dalam skala yang luas." tambah dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Covid-19 di India

India Laporkan Jumlah Kasus COVID-19 Tertinggi dalam Empat Bulan
Buruh migran yang memakai masker sebagai antisipasi terhadap virus corona menunggu pengangkutan di terminal bus di Jammu, India(26/3/2021). Pihak berwenang di kota Mumbai mengatakan mereka akan menggelar tes virus korona acak wajib di tempat-tempat ramai. (AP Photo/Channi Anand)

India melaporkan rekor peningkatan infeksi, yang mengangkat keseluruhan kasus menjadi lebih dari 15 juta penderita, menjadikan negara itu yang terkena dampak terparah kedua setelah Amerika Serikat, yang telah melaporkan lebih dari 31 juta infeksi.

Kematian akibat Covid-19 di India juga naik dengan rekor 1.619 kasus menjadi hampir 180.000 kasus.

Wilayah ibu kota Delhi memerintahkan penguncian enam hari, mengikuti langkah dari 13 negara bagian lain di seluruh India yang telah memutuskan untuk memberlakukan pembatasan, jam malam atau penguncian.

“Langkah-langkah baru ini, meskipun sejauh ini kemungkinan tidak seketat apa yang kita lihat pada Maret 2020, ketika permintaan bensin dan solar di negara itu turun hampir 60 persen, namun tetap akan membebani konsumsi bahan bakar transportasi," Kata konsultan JBC.

Hong Kong akan menangguhkan penerbangan dari India, Pakistan, dan Filipina mulai 20 April karena infeksi virus Covid-19, kata pihak berwenang pada Minggu.

JP Morgan dalam catatan terbarunya memperkirakan harga minyak Brent menembus angka USD 70 pada Mei 2021. Mereka masih mengharapkan harga minyak pada tahun ini dapat menembus level yang sama yaitu sekitar USD 74 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya