Industri Perbankan Syariah Indonesia Kalah Jauh Dibanding Malaysia

Industri perbankan syariah nasional masih bisa tumbuh positif di 2020 jika dibandingkan dengan industri perbankan konvensional.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Apr 2021, 20:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021, 20:30 WIB
FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Industri ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan Malaysia. Hal tersebut diungkap oleh Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI, Hery Gunardi.

Hery menjelaskan, industri perbankan syariah nasional masih bisa tumbuh positif di 2020 jika dibandingkan dengan industri perbankan konvensional. Namun meskipun tumbuh positif, kinerja industri perbankan syariah nasional masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia. 

"Walaupun tumbuh pesat akhir-akhir ini, memang seperti saya sampaikan bahwa kita agak ketinggalan (dari Malaysia)," terangnya dalam acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan, Jumat (23/4/2021).

Padahal, Indonesia merupakan negara yang mempunyai pasar ekonomi dan keuangan syariah lebih besar ketimbang Malaysia. Menyusul jumlah penduduk muslim terbesar di dunia ada di Indonesia.

"Kemudian potensi industri halalnya sekitar Rp4.800 triliun, tapi justru yang memulai industri keuangan syariah adalah negara tetangga kita seperti Malaysia. Di sana market share perbankan syariah itu hampir 30 persen terhadap total perbankan yang ada di negara itu, sementara di Indonesia masih di bawah 7 persen," kerasnya.

Adapun, alasan mengapa perbankan syariah di tanah air tertinggal ketimbang Malaysia. Dia bilang, lantaran Indonesia terlambat memulai perbankan syariah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jangan Patah Semangat

Sejarah mencatat, Indonesia mulai merintis perbankan syariah pada tahun 1990-an melalui Bank Muamalat. Sementara Malaysia sudah mulai membangun industri perbankan syariah sejak tahun 1960-an.

"Hadirnya Muamalat pun banyak sekali tantangannya sehingga maju-mundur, pasang-surut keuangan syariah dan perbankan syariah ini. Sehingga mengakibatkan sampai hari ini kita baru melek, bahwa kita baru sadar ingin menjadi pusat keuangan atau ekonomi syariah di dunia tapi kita startnya lama," tegasnya.

Kendati demikian, dia meminta seluruh pihak untuk tidak berkecil hati atas masih tertinggalnya kinerja perbankan syariah nasional ketimbang Malaysia. Mengingat, pemerintah telah mempunyai strategi jitu untuk memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.

Yakni, dengan merekrut SDM yang berkompeten dan berdaya saing tinggi. Diantaranya melalui pembentukan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), hingga kolaborasi bersama ormas seperti NU dan Muhammadiyah.

"Ini sebenarnya ekosistem yang bisa mendukung pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia," ujar dia menekankan.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya