Tak Mau Bawa Covid-19, Bulog Tunda Impor 26 Ribu Ton Daging Kerbau India

Perum Bulog saat ini masih terikat perjanjian kontrak dengan India untuk mendatangkan 26 ribu ton daging kerbau.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 26 Apr 2021, 17:20 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2021, 17:20 WIB
Pedagang Daging Musiman Menjamur
Pembeli memilih daging kerbau dan sapi yang dijual di Pasar Ciledug, Tangerang, Rabu (13/6). Dua hari menjelang Lebaran, pedagang daging musiman menjamur dengan menggelar dagangan di pinggir-pingir jalan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menceritakan, pihaknya saat ini masih terikat perjanjian kontrak dengan India untuk mendatangkan 26 ribu ton daging kerbau. Namun, kedatangannya untuk sementara ditunda lantaran Negeri Bollywood tengah menghadapi gelombang ketiga pandemi Covid-19.

"Yang sudah terkontrak 26 ribu ton. Kita hold, karena situasi covid di India yang belum memungkinkan tapi sudah terkontrak," kata dia di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Senin (26/4/2021).

Secara jadwal, pria yang akrab disapa Buwas ini mengatakan, sebanyak 26 ribu ton daging kerbau India tersebut semustinya didatangkan ke Indonesia pada rentang waktu Mei-Juni 2021.

"Tapi sementara kita hold, karena situasi. Jangan sampai nanti timbul image lagi membawa virus covid. Kita jaga untuk kepentingan negara, tidak mengejar keuntungan," tegas Buwas.

Buwas memaparkan, untuk saat ini Bulog telah menyimpan stok daging kerbau impor asal India sebesar 13 ribu ton. Pasokan tersebut nantinya akan disalurkan untuk menjaga ketersediaan jelang Lebaran 2021.

Menurut dia, stok daging kerbau tersebut aman untuk dikonsumsi karena telah mengikuti syarat dan protokol yang berlaku.

"Sementara yang sudah kita simpan dalam penjualan sebesar 13 ribu ton. Relatif aman. Pengiriman di sana sudah sesuai standar, kemudian tiba di sini cek, jadi harus aman," ungkapnya.

Buwas menyampaikan, sebanyak 13 ribu ton daging kerbau tersebut telah didatangkan sebelum India terkena wabah lanjutan pandemi Covid-19. Perum Bulog disebutnya telah terikat dengan sejumlah perjanjian kontrak dengan pengusaha daging kerbau potong di negara tersebut.

"Kenapa harus India, karena yang ada memang di India. Tapi tetap ada prosedurnya, termasuk halal dan syarat-syarat penyakit. Ini sudah jadi komitmen kontrak kita," ujar Buwas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jual Daging Beku Rp 90 Ribu, Bos Bulog Tegaskan Tak Ada Permainan Harga

20160902-Bulog Promosikan Daging Kerbau Sebagai Pengganti Daging Sapi-Jakarta
Pengunjung saat memilih daging kerbau pada acara sosialisasi di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Jumat (2/9). Pemerintah melalui Bulog memang menargetkan akan mendatangkan 750 ton daging kerbau impor dari India. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perum Bulog meluncurkan layanan pembelian daging beku sapi dan kerbau melalui e-commerce ipanganandotcom. Pemesanannya saat ini bisa dilakukan dari/untuk 7 kota, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, Yogyakarta, dan Makassar.

Kendati demikian, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan, pemesanan daging beku tersebut dibatasi maksimal 2 kg. Dengan begitu, proses pemesanan tidak bisa dilakukan oleh pengusaha daging dengan jumlah besar.

"Kita tidak akan layani puasa dan lebaran dengan kargo yang besar. Borong 100 kg kita tidak akan kasih, karena ini tidak untuk konsumen besar, dan bukan untuk dijual lagi," tegas dia di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Senin (26/4/2021).

Secara stok, pria yang akrab disapa Buwas ini melanjutkan, Bulog telah menyiapkan 13 ribu ton daging beku kerbau impor asal India. Sementara untuk stok daging beku sapi didapatnya dari para peternak lokal di Indonesia, namun secara jumlah dirinya belum bisa menyebutkan secara pasti.

Buwas mengatakan, Perum Bulog turun tangan sendiri dalam menyerap stok daging beku tersebut. Dia tak ingin ada permainan dalam proses penyalurannya kepada masyarakat.

"Kita tidak jual secara besar-besaran kepada pihak ketiga. Kita ingin beri layanan langsung pada masyarakat," ujar dia.

"Bapak Presiden (Jokowi) mengatakan, semakin banyak birokrasi, ini dampak ke cost yang tinggi, sehingga harganya mahal. Yang terbebani konsumen. Ini adalah upaya Bulog bagaimana kita hadir untuk penuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat," tandasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya