Mudik Lebaran Dilarang, Ekonomi Desa Bakal Lesu

Larangan mudik Lebaran akan membuat perputaran uang di desa menjadi melambat.

oleh Andina Librianty diperbarui 14 Mei 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2021, 19:00 WIB
Jalan di pedesaan yang pembangunannya menggunakan dana desa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Jalan di pedesaan yang pembangunannya menggunakan dana desa. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Larangan mudik Lebaran akan membuat perputaran uang di desa menjadi melambat. Pasalnya, pemudik tidak lagi bisa membelanjakan uang mereka di kampung halaman termasuk membeli oleh-oleh dan membayar penginapan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira, mengatakan ada dua perubahan yang terjadi sebagai dampak larangan mudik.

Pertama dari sisi jumlah uang yang beredar diperkirakan masih tumbuh melambat atau hanya berada di level 7-9 persen pada periode mudik dilarang. Aturan pelarangan mudik selama periode 6 hingga 17 Mei 2021.

"Biasanya terjadi kenaikan hingga 10 persen secara yoy uang beredar, namun efek pembatasan mobilitas akan menurunkan gairah konsumsi masyarakat," kata Bhima kepada Liputan6.com pada Jumat (14/5/2021).

Sementara perubahan kedua, menyangkut efek konsentrasi uang hanya berputar di wilayah Jabodetabek tidak berbeda dari bulan normal.

"Padahal mudik Lebaran mampu menggerakan peredaran uang di daerah-daerah karena ada konsumsi di daerah, pembelian oleh oleh, penginapan dan lainnya," sambung Bhima.

Efek lain, kata, Bhima, adanya larangan mudik membuat daerah ibarat kekurangan darah atau likuiditas. Sehingga pemulihan ekonomi semakin timpang.

Jabodetabek disebut bisa lebih dulu pulih, tapi daerah lain masih ada yang mengalami resesi pada kuartal II 2021.

 

 

** #dilarangmudik 

     #ingatpesanibu

     #DILARANG MUDIK

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lalu Lintas Tol Luar Jawa Turun saat Masa Larangan Mudik Lebaran

FOTO: Ada Larangan Mudik, Jalan Tol Dibatasi Mulai 24 April 2020
Sejumlah kendaraan melintasi ruas Tol Jagorawi, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Mulai 24 April 2020, pemerintah akan memberikan sanksi bagi warga yang nekat keluar masuk wilayah Jabodetabek dan wilayah zona merah virus corona COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Volume lalu lintas harian rata-rata menjelang Lebaran, selama 6-19 Mei 2021 di ruas jalan tol wilayah regional Nusantara luar Pulau Jawa mengalami penurunan antara 13-49 persen. Ini Pasca pengendalian transportasi yang dimulai pada 6 Mei 2021.

Penurunan volume lalu lintas tersebut terjadi sejumlah ruas seperti Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa, Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, dan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda.

Ruas Tol Manado-Bitung jadi pengecualian lantaran mengalami kenaikan sekitar 6 persen bila dibandingkan dengan volume lalu lintas harian rata-rata normal.

Operation Management Department Head Regional Jasamarga Nusantara Tollroad Division, Taufiqul Hidayat, mengatakan upaya pemerintah dalam mengendalikan transportasi jelang Lebaran 2021 cukup efektif. 

"Memang sosialisasi kepada pengguna jalan terkait pelarangan mudik Lebaran tahun ini cukup masif dilakukan, dan kami support dengan melakukan pemasangan spanduk-spanduk himbauan dan melalui papan informasi elektronik (Variable Message Sign/VMS) jauh hari sebelum hari H pelarangan mudik diberlakukan," paparnya, Selasa (11/5/2021).

Berdasarkan data yang tercatat selama 6-10 Mei 2021, volume kendaraan harian di Jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa mengalami penurunan sebesar 14,3 persen (64.880 Kendaraan dari kondisi normal 75.671 kendaraan).

Sedangkan jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi mengalami penurunan sebesar 37 persen (11.685 kendaraan dari kondisi normal 18.551 kendaraan). 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya