Liputan6.com, Jakarta - Ketua Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta, Ellen Hidayat, mengatakan pusat perbelanjaan atau mal jangan selalu menjadi sasaran ketika terjadi kenaikan kasus Covid-19. Oleh sebab itu, ia berharap tidak ada lagi pembatasan, bahkan penutupan mal karena lonjakan kasus.
Ellen meminta pemerintah untuk mengambil keputusan dengan kajian yang jelas. Terlebih lagi, katanya,sejak tahun lalu tidak ada klaster Covid-19 dari mal.
"Jadi adalah tidak tepat bilamana karena alasan apa pun, mal terus sasarannya. Kasihan mal itu sudah babak belur, tenant sudah babak belur," kata Ellen saat dihubungi Liputan6.com pada Sabtu (19/6/2021).
Advertisement
Menurutnya, penutupan hingga pembatasan mal sebelumnya tidak menghentikan masyarakat untuk berkumpul. Hal ini terbukti dengan beralihnya masyarakat ke tempat-tempat makan di luar mal, yang justru tanpa protokol kesehatan.
Sementara itu, pusat perbelanjaan sampai saat ini masih menjalankan prokes. Bahkan di saat para pegawai mal sudah mendapatkan vaksin Covid-19.
Ellen pun berharap pemerintah harus lebih tajam menganalisa sumber-sumber klaster Covid-19. Misalnya melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro, untuk dilihat sampai ke RT terkait warga yang positif Covid-19 agar kemudian bisa ditindaklanjuti.
"Kalau namanya menembak sasaran itu harus tepat. Kalau asal berondong, tidak tepat. Di satu sisi kita menjadi harus mengurangi tenaga kerja, tapi kasihan mereka juga karena kan ada keluarganya," jelasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengunjung Mal di Jakarta Melonjak pada Libur Waisak 2021
Mal-mal di ibu kota Jakarta mencatatkan kenaikan pengunjung pada hari libur Waisak 2021 ini. Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja.
"Terpantau ada peningkatan tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan (di libur Waisak)," ungkap dia saat dihubungi Merdeka.com, Rabu (26/5).
Kendati demikian, Alphonzus mengaku belum bisa memberikan data peningkatan jumlah pengunjung mal hingga Rabu siang ini. Mengingat, proses rekapitulasi data pengunjung baru bisa dilakukan pengelola ketika waktu operasional mal telah berakhir.
"Jumlah presentasi kenaikan belum dapat dipastikan karena harus menunggu data sampai dengan jam operasional selesai nanti malam ya," ungkapnya.
Dia memastikan, pengelola mal tetap patuh untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat dalam mengantisipasi kenaikan pengunjung. Tujuannya untuk mencegah risiko penularan virus Covid-19.
Selain itu, aturan untuk penerapan protokol kesehatan juga mengacu pada ketentuan yang berlaku. Mengingat, pemerintah masih terus berupaya untuk memerangi penularan virus corona jenis baru tersebut di Indonesia.
"Mungkin itu yang bisa disampaikan, Terima kasih," ucapnya.
Advertisement
Mal Tetap Sepi Meskipun Ada Larangan Mudik
Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 memberi dampak besar bagi ekonomi di Tanah Air. Salah satu sektor yang sangat terdampak adalah retail khususnya pusat perbelanjaan atau mal.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja menyatakan, selama pandemi, mal tutup hingga 3 bulan dari bulan April sampai pertengahan Juni. Ini adalah periode terlama tutupnya pusat perbelanjaan sejak mereka berdiri.
"Belum pernah pusat perbelanjaan tutup 3 bulan lebih, dari April sampai pertengahan Juni tutup total atau terbuka terbatas, jadi itu betul-betul pertama dalam sejarah," ujar Alphonsus dalam webinar, Jumat (16/10/2020).
Saat itu, pengelola mal dan pemilik tenant panik karena belum mengantisipasi terjadinya wabah. Meski sempat tutup karena penjualan dianggap tidak bisa menutup biaya operasional, namun para pemilik tenant akhirnya terpaksa membuka usaha kembali karena Covid-19 yang tak kunjung selesai.
"Jadi tutup terus juga jadi masalah," katanya.
Alphonsus melanjutkan, tiap kelas pusat perbelanjaan memiliki masalah yang berbeda. Pusat perbelanjaan menengah ke bawah memiliki trafik yang cukup tinggi namun daya beli yang rendah. Sementara, pusat perbelanjaan menengah ke atas memiliki profil kunjungan yang menurun.
Hal ini dikarenakan pengunjung mal menengah atas rata-rata berasal dari level menengah atas yang memiliki awareness lebih tinggi untuk tidak bepergian selama pandemi, termasuk ke mall.
"Kesimpulannya, hampir semua kelas mengalami masalah. Yang satu trafik, yang satau daya beli," lanjutnya.