Dituding Mencuri Data, Pengusaha China Ini Kehilangan Mahkota Miliarder

DiDi Global Inc. telah melakukan pelanggaran hukum berupa pencurian data pribadi pengguna aplikasi secara ilegal.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jul 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi Miliarder Dunia. Unsplash/Hunter Race
Ilustrasi Miliarder Dunia. Unsplash/Hunter Race

Liputan6.com, Jakarta Posisi sebagai miliarder tidak lagi dimiliki Jean Qing Liu, setelah harga saham perusahaan DiDi Global Inc. turun sebesar 27 persen. Kekayaan bersih presiden perusahaan transportasi online itu menjadi USD 920 juta pada selasa, kemarin.

Forbes melaporkan bahwa awalnya IPO di bursa efek New York pada 30 Juni mengumumkan kekayaan bersih Liu mencapai USD 1,1 miliar. Akan tetapi, kekayaan tersebut harus turun setelah sebuah berita penyelidikan perusahaan DiDi datang.

Sementara itu, CEO DiDi Global Inc. Will Wei Cheng masih ditetapkan sebagai miliarder. Awalnya, dia memiliki total kekayaan sebesar USD 4,4 miliar, tetapi mengalami penurunan menjadi USD 3,8 miliar

Alasan Penyelidikan Perusahaan DiDi

Melansir dari Global Times, DiDi Global Inc. dituding telah melakukan pelanggaran hukum berupa pencurian data pribadi pengguna aplikasi secara ilegal.

Regulator siber China melarang DiDi mendaftarkan pengguna baru, serta adanya penghapusan aplikasi dari toko aplikasi smartphone.

 

Saksikan Video Ini

Diselidiki Regulator China

banner infografis
Ilustrasi Miliarder (Liputan6.com/Deisy)

Dalam siaran pers pada 4 Juli, DiDi mengatakan akan segera menyelesaikan permasalahan, melindungi privasi pengguna dan keamanan data, serta memberikan layanan yang aman dan nyaman bagi pengguna. Penghapusan aplikasi tersebut diperkirakan akan berdampak negatif pada pendapatan perusahaan.

Perusahaan yang didirikan pada 2012 ini memiliki lebih dari 493 juta pengguna aktif tahunan dan 41 juta transaksi harian.

Namun, perusahaan tersebut belum menghasilkan keuntungan dalam beberapa tahun terakhir. Meski DiDi memperoleh pendapatan sebesar USD 21,6 miliar, kerugian mencapai USD 1,6 miliar.

Regulator siber China juga melakukan penyelidikan kepada perusahaan teknologi lainnya, seperti Full Truck Alliance dan Kanzhun.

Sama dengan DiDi Global Inc., kedua perusahaan tersebut juga baru mengikuti IPO di bursa efek New York dan Nasdaq pada Juni 2021 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya