Indonesia Disebut Lepas dari Resesi Ekonomi, Ketahui Definisi Resesi Serta Penyebabnya

Buat yang ingin tahu pengertian resesi ekonomi, disimak penjelasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Agu 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2021, 06:00 WIB
Banner Infografis Indonesia Keluar dari Lubang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Indonesia Keluar dari Lubang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia disebut telah lepas dari bayang-bayang resesi ekonomi. Ini setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 melaju, dengan tumbuh 7,07 persen (yoy). Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang terkontraksi minus 5,32 persen. Dengan begitu, Indonesia keluar dari resesi.

Mungkin ada yang bertanya-tanya apa itu resesi dan bagaimana bisa terjadi?

Resesi atau perlambatan kegiatan ekonomi pasti akan dirasakan oleh suatu negara. Perlambatan ekonomi ini bisa berlangsung selama beberapa kuartal, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Hal ini tentu dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dalam situasi seperti ini, indikator ekonomi suatu negara, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), laba perusahaan, bahkan lapangan kerja, mengalami penurunan.

Akhirnya keadaan seperti ini akan menyebabkan kekacauan perekonomian suatu negara. Salah satunya juga bisa mengganggu siklus bisnis.

Dikutip dari The Economic Times dan Forbes, Sabtu (8/8/2021), resesi ini bisa diatasi dengan melonggarkan kebijakan moneter di negaranya itu.

Caranya dengan menambahkan lebih banyak uang ke dalam sistemnya, yaitu dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Hal itu dilakukan untuk menurunkan suku bunga. Simaklah penjelasan lengkap resesi berikut untuk mengetahuinya.

 

 

 

 

Apa Itu Resesi?

Ilustrasi resesi. Foto: Freepik
Ilustrasi resesi. Foto: Freepik

Resesi ini adalah titik di mana ekonomi secara resmi mengalami penurunan yang disebabkan berbagai faktor.

Pada 1974, seorang ekonom Julius Shiskin mendefinisikan apa itu resesi. Definisi yang paling populer, resesi adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.

Keadaan seperti ini menandakan bahwa ekonomi suatu negara sedang tidak sehat. Sebab, ekonomi yang sehat itu mampu berkembang dari waktu ke waktu.

Menurut Shiskin, jika dalam dua kuartal berturut-turut dari output berkontraksi, itu menunjukkan ada sebuah masalah yang serius.

Sementara itu, The National Bureau of Economic Research (NBER) juga mendefinisikan apa itu resesi. Menurut NBER, resesi adalah penurunan secara siginifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian.

Resesi bisa berlangsung dalam beberapa bulan, terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir atau eceran.

 

Penyebab Resesi

Ilustrasi resesi. Foto: Freepik
Ilustrasi resesi. Foto: Freepik

Selain menurunnya PDB dan lapangan kerja. Resesi juga bisa disebabkan beberapa faktor lain, antara lain:

1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Masalah ekonomi seringkali tiba-tiba, tidak bisa diprediksi, dan tidak terduga. Hal ini adalah salah satu masalah yang cukup serius. Melihat contoh saat ini, banyak negara mengalami masalah ekonomi karena adanya wabah COVID-19. Hampir setiap negara akhirnya mengalami masalah perekonomian ini.

2. Utang yang berlebihan

Ketika individu atau sebuah bisnis mengambil terlalu banyak utang, hal ini dapat pula menyebabkan resesi. Biaya pembayaran utang bisa jadi akan meningkat sehingga menyebabkan individu atau bisnis berada di titik yang akhirnya tidak mampu membayar tagihannya sendiri.

3. Gelembung aset

Banyak orang ikut berinvestasi untuk memiliki kekayaan jangka panjang. Namun, berinvestasi terkadang tidak selalu berjalan mulus.

Investor mungkin merasa optimis untuk berinvestasi disaat keadaan ekonomi sedang kuat-kuatnya. Akan tetapi, ketika suatu negara terjadi resesi, hal ini juga tentu akan berpengaruh terhadap investasi.

4. Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren kenaikan harga yang stabil dari waktu ke waktu. Inflasi ini bukanlah hal yang buruk, namun jika berlebihan pun akan berbahaya.

Dalam hal ini, bank sentral mampu mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Dari kenaikan suku bunga tersebut, bisa menekan kembali aktivitas ekonomi.

5. Terlalu banyak deflasi

Inflasi yang tidak terkendali saja dapat menyebabkan resesi, apalagi deflasi. Deflasi adalah penurunan harga yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan kontraksi sehingga menekan harga.

Ketika deflasi tak terkendali, individu atau bisnis bisa jadi akan menghentikan pengeluaran yang dapat melemahkan perekonomian. Bank sentral dan ekonom yang tahu bagaimana memperbaiki masalah yang dapat menyebabkan deflasi ini.

6. Perubahan teknologi

Penemuan baru dapat meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang. Akan tetapi, mungkin ada periode penyesuaian jangka pendek terhadap terobosan teknologi.

Revolusi industri ini pun bisa menyebabkan resesi karena tenaga kerja bisa jadi akan tergantikan dengan robot atau mesin canggih lainnya. Para ekonom khawatir akan hal ini.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya