Ekonomi Tumbuh, Ketua DPD La Nyalla Tak Terima Indonesia Dinilai Gagal Tangani Pandemi

La Nyalla menyoroti keberhasilan pemerintah yang mampu membawa Indonesia keluar dari resesi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Agu 2021, 10:46 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2021, 10:46 WIB
Ketua DPD Terima Silaturahmi Forum Staf Ahli Kepala Daerah
Ketua DPD La Nyalla Mattalitti saat menggelar pertemuan dengan PP Forum Staf Ahli Kepala Daerah (Forskada) se-Indonesia di Gedung Nusantara III, Jakarta, Rabu (9/10/2019). Pertemuan untuk menjalin silaturahmi antara Forskada se-Indonesia dengan DPD. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti tidak sependapat dengan anggapan bahwa Indonesia telah gagal dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sebab menurutnya, menangani kesehatan sembari menjaga pertumbuhan ekonomi bukan perkara gampang.

"Tentu tidak mudah menangani kesehatan dan menjaga di sektor ekonomi. Oleh karena itu kami tidak setuju dengan pendapat negara telah gagal dalam menangani pandemi ini. Bahwa ada kekurangan memang harus diakui," kata dia dalam Rapat Tahunan MPR, Senin (16/8/2021).

La Nyalla lantas menyoroti keberhasilan pemerintah yang mampu membawa Indonesia keluar dari resesi, dengan menghasilkan pertumbuhan ekonomi di angka 7,07 persen pada kuartal II 2021.

"Kami juga mengapresiasi atas kerja keras di sektor pemulihan ekonomi nasional, dimana Indonesia mampu meningkatkan laju pertumbuhan di tengah pandemi. Meskipun masih didominasi belanja konsumsi yang ditopang government spending dan momentum ramadhan serta Idul Fitri dan Idul Adha," ungkapnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harapan

Namun, ia berharap pertumbuhan ekonomi ke depan bisa lebih ditopang oleh purchasing managers index (PMI) di bidang manufaktur yang lebih baik.

Jika itu berhasil dicapai, La Nyalla menilai itu akan menunjukan dengan terang apakah ekonomi masih berjalan. Sebab industri manufaktur disebutnya jadi indikator penting dalam sektor supply chain, kredit, hingga penyerapan pasar.

"Kami juga berharap industri yang berjalan bukan hanya didominasi industri farmasi saja, tetapi juga industri padat karya lain," ujar La Nyalla.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya