PPKM Mulai Dilonggarkan, Pedagang Warteg Belum Untung

Para pedagang warteg terus berjuang untuk bertahan di tengah PPKM

oleh Arief Rahman H diperbarui 24 Agu 2021, 10:30 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2021, 10:30 WIB
Penerapan Protokol Kesehatan Pencegahan Penyebaran COVID-19
Suasana Warteg Ellya yang menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (21/7/2020). Pelayan Warteg Ellya diwajibkan menggunakan pelindung wajah dan sarung tangan saat melayani pengunjung. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memutuskan untuk kembali memperpanjang masa PPKM Level di berbagai daerah. Kendati beberapa kota besar mengalami penurunan level PPKM dan pelonggaran, pengusaha warteg mengaku belum merasakannya.

Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Mukroni mengakui adanya pelonggaran yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan.

“Akan tetapi ternyata di lapangan dengan pelonggaran-pelonggaran aturan yang sebelumnya diperketat belum menunjukkan (dampak) signifikan,” katanya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (24/8/2021).

Kondisinya saat ini, kata dia, daya beli masyarakat masih rendah sehingga pengusaha warteg tetap belum mendapatkan keuntungan.

“Teman-teman (pengusaha warteg) masih dalam arti belum mendapatkan keuntungan dari pelonggaran ini,” tambahnya.

Ia mengatakan, para pengusaha warteg di sekitaran kawasan perkantoran dan mall terutama juga belum merasakan dampak yang signifikan dan mendapatkan untung.

“Karena para pekerja (kantor dan mal) juga masih menghemat dengan kondisi begini banyak temen pekerja membawa bekal karena mereka harus menghemat pengeluaran,” tuturnya.

Perhatian Pemerintah

Atas kondisi tersebut, Mukroni berharap pemerintah mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang bersifat stimulus atau dorongan untuk usaha kecil.

“Misal bantuan langsung dan permudah akses permodalan dan perkuat daya beli masyarakat agar kita warung-warung ini bisa bertahan dan dapat memperpanjang sewa tempat,” katanya.

Ia menerangkan, banyak pengusaha warteg yang masih bertahan dan tetap berjualan karena masa sewa tempat yang belum berakhir.

“Mudah-mudahan kondisi ini semakin membaik dan mengharap pemerintah lebih konsen pada usaha kami,” katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Strategi Bertahan

Warteg Terancam Gulung Tikar
Warga menyantap makanan di warteg kawasan Jakarta, Rabu (27/1/2021). Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) menyatakan, sekitar 50 persen atau 20.000 unit warteg di Jabodetabek akan gulung tikar tahun ini disebabkan tidak mampu membayar atau memperpanjang sewa tempat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, terkait perpanjangan PPKM yang akan terus dilakukan pemerintah selama pandemi masih ada, membuat pengusaha warteg pun menyusun strategi bertahan.

Sedikitnya ada tiga poin yang disampaikan Mukroni sebagai strategi bertahan dalam PPKM yang terus akan dilaksanakan.

Pertama, pengusaha warteg akan mengurangi menu makanan yang disajikan. Hal ini bertujuan agar kerugian dari menu yang tidak terjual bisa ditekan atau dikurangi.

Kedua, memangkas biaya-biaya pengeluaran, misalnya dengan pengurangan karyawan hingga menghemat biaya untuk listrik dan pendukung lainnya.

“Kemudian, melibatkan keluarga untuk membantu, seperti anak dan (anggota keluarga) lainnya,” tutup Mukroni.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya