Liputan6.com, Jakarta - Holding Perkebunan Nusantara PTPN III atau PTPN Grup berencana untuk membentuk Sugar Company (SugarCo). Ini adalah entitas tunggal (single entity) yang menggabungkan 35 pabrik gula (PG) milik PTPN Grup.
SugarCo nantinya akan menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA).
Baca Juga
Wakil Ketua Komisi VI Mohamad Hekal mengatakan, pembentukan SugarCo harus dapat meningkatkan produksi gula dalam negeri. Sehingga, nantinya Indonesia tidak lagi impor gula.
Advertisement
"Tujuan pembentukan SuperCo meningkatkan produktivitas gula PTPN menjadi 2 juta ton 2025 sehingga tak lagi impor gula konsumsi," kata Hekal dalam rapat dengar pendapat dengan PTPN grup, Jakarta, Senin (20/9/2021).
Selain itu, SugarCo juga diharap bisa menambah lapangan pekerjaan. Dengan begitu bisa mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Hekal juga berharap penggabungan 35 pabrik gula di Indonesia ini bisa mendongkrak pendapatan pajak bagi negara.
Sementara itu, menurut laporan yang diperoleh oleh DPR, rencana ini dilakukan dalam rangka restrukturisasi bisnis gula PTPN. "Rencana ini dilakukan dalam rangka restrukturisasi bisnis gula PTPN grup yang ditujukan untuk kemperbaiki kinerja operasional. Dan memperbaiki swasembada gula nasional," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Holding PTPN Kian Moncer
Keberhasilan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN) meraup untung pada Juni 2021 lalu, mendapatkan apresiasi dan pujian dari Kementerian BUMN.
Menurut Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, langkah transformasi yang dilakukan Holding Perkebunan Nusantara, menjadi salah satu bukti keberhasilan Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Tohir.
“Ini menjadi contoh keberhasilan Kementerian BUMN dalam melakukan restrukturisasi, transformasi, dan meningkatkan kinerja Holding Perkebunan Nusantara,” kata Arya, di Jakarta, Sabtu (28/8/2021).
Arya menambahkan, kondisi Holding Perkebunan Nusantara sebelum ini dalam kondisi sulit. Beban utang menumpuk akibat kinerja kerja yang buruk. Tercatat, utang Holding Perkebunan Nusantara mencapai Rp 41 triliun.
“Tahun lalu, Holding PTPN masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,1 triliun. Namun, kinerja Holding kini sudah moncer. Bahkan, bisa menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,4 triliun,” ujar Arya.
Advertisement