Harga Minyak Mentah Dunia Diramal Tembus USD 90 per Barel di Akhir Tahun

Para analis percaya harga minyak akan terus meningkat karena adanya lonjakan permintaan dan pasokan yang terbatas.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Sep 2021, 15:09 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2021, 15:09 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional naik menjadi USD 80,69 (Rp 1,15 juta) per barel. Harga tersebut mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di tengah krisis energi Eropa.

Para analis percaya harga minyak mentah dunia diprediksi terus meningkat karena adanya lonjakan permintaan dan pasokan yang terbatas.

Melansir dari BBC, Rabu (29/9/2021), perusahaan investasi Goldman Sachs mengatakan Brent bisa mencapai USD 90 (Rp 1,2 juta) per barel pada akhir tahun.

Goldman memperingatkan kenaikan biaya input, harga gas yang lebih tinggi, dan pertumbuhan yang melemah kemungkinan akan membebani laba perusahaan Eropa untuk 2021.

"Ketika pertumbuhan melambat menjadi sulit bagi perusahaan untuk menanggung biaya input yang lebih tinggi, yang merupakan risiko utama untuk margin laba bersih," kata Goldman.

Hal tersebut terjadi karena mata uang pound sterling melemah terhadap dolar AS, di bawah USD 1,35 (Rp 19 ribu) di tengah kekhawatiran inflasi. Pasalnya, investor mencari tempat yang aman untuk dolar.

Lebih lanjut, Analis Mata Uang Nomura Jordan Rochester menjelaskan, “Meningkatnya kekhawatiran inflasi membuat aset berdenominasi sterling kurang menarik."

Diketahui harga West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan menjadi USD 75 (Rp 1 juta) per barel.

Permintaan Minyak Meningkat

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Awal pandemi, harga minyak sempat merosot hingga di bawah nol untuk pertama kali dalam sejarah karena lockdown. Namun, permintaan minyak kembali meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah perekonomian di seluruh dunia mulai dibuka lagi.

Harga gas alam yang melonjak membuat minyak digunakan sebagai alternatif untuk pembangkit listrik yang relatif lebih murah. Alhasil, permintaan pun meningkat.

Perusahaan minyak terbesar di dunia, Vitol Group, memperkirakan permintaan global untuk minyak mentah meningkat menjadi 500 ribu barel per hari pada musim dingin ini.

“Demikian pula India sebagai importir minyak mentah terbesar kedua. Mereka meningkatkan impor minyak ke level tertinggi pada Agustus. Penyulingan mulai menyimpan persediaan karena mereka memproyeksikan adanya permintaan yang lebih tinggi ke depannya," ujar Kepala Analis Pasar Think Markets Naeem Aslam.

Selain Vitol Group, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga mengatakan akan ada lonjakan permintaan. Namun, perkiraannya sedikit lebih rendah dibandingkan Vitol Group yakni sekitar 370 ribu barel per hari.

Selama pandemi, beberapa anggota dari OPEC memangkas produksi minyak. Sejak saat itu, negara mengalami kesulitan untuk meningkatkan permintaan.

Pengaruhi Harga Bensin dan Solar

Ilustrasi jalan di Swansea, Inggris
Ilustrasi jalan di Swansea macet akibat seseorang berdiri di tengah jalan (Dok.wikimedia commons)

Minyak mentah digunakan dalam produksi bensin dan solar. Jadi, harga minyak mentah yang melonjak juga akan memengaruhi harga bensin dan solar.  

Juru Bicara RAC Simon Williams berpendapat gambaran tersebut cukup suram bagi para pengemudi.

"Dengan harga minyak yang naik dan sekarang mendekati level tertinggi selama tiga tahun, harga grosir juga dipaksa naik. Ini berarti retailer harus membayar lebih dari beberapa waktu yang lalu untuk jumlah bahan bakar yang sama," katanya.

Reporter: Shania

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya