Liputan6.com, Jakarta Twitter harus membayar GBP 588 juta (Rp 11,4 triliun) untuk menyelesaikan gugatan yang dilayangkan para investor sejak 2016. Alhasil, raksasa media sosial tersebut mencatatkan rugi bersih sebesar GBP 390 juta (Rp 7,6 triliun) pada kuartal ketiga tahun ini. Â
Diketahui Twitter dituduh menyesatkan para investor terkait data jumlah pengguna aktif setiap bulan, serta frekuensi mereka melihat timeline Twitter pada 2015.
Baca Juga
Perusahaan membantah adanya kesalahan pelaporan yang dilakukan. Akan tetapi, Twitter tetap setuju menggunakan uang tunai untuk menyelesaikan gugatan pada September lalu. Â
Advertisement
Melansir dari BBC, Rabu (27/10/2021), meskipun Twitter harus membayar lebih dari setengah miliar dolar, pendapatan kuartalnya tumbuh sebesar 37 persen. Tercatat, saham Twitter juga naik sebesar 3 persen.
Pertumbuhan ini terjadi karena Twitter berhasil menghindari dampak dari perubahan privasi yang dilakukan oleh Apple, tidak seperti yang terjadi dengan saingannya, yaitu Snap dan Facebook.
Saham Snap tercatat anjlok hingga 25 persen pada minggu lalu.
Lonjakan Pendapatan karena Iklan
Apple melakukan pembaruan privasi pada Juni lalu untuk mencegah pengiklan digital melacak pengguna Apple tanpa persetujuan mereka.
Walaupun demikian, Twitter masih berhasil memperoleh pendapatan sebesar GBP 830 juta (Rp 16,2 triliun) dari iklan selama kuartal ketiga. Sebagian besar pengiklan Twitter tidak bergantung pada iklan yang sangat bertarget.
Chief Financial Officer Twitter Ned Segal menjelaskan bahwa platform tersebut memperluas bisnis periklanan yang ditargetkan, seperti memperkenalkan fitur terkait topik yang bisa diikuti pengguna di Twitter.
Fitur ini menyediakan data terkait minat pengguna sehingga membantu menampilkan iklan yang relevan.
Berdasarkan data Institutional Brokers Estimate System (IBES) dari Refinitiv, Twitter memaparkan jumlah pengguna aktif harian yang bisa menerima iklan mencapai 211 juta pengguna selama kuartal ketiga.
Reporter: Shania
Â
Â
Advertisement