Erick Thohir Endus Oknum yang Cari Uang dari Sewa Pesawat Garuda Indonesia

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir membeberkan kondisi Garuda Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2021, 11:30 WIB
Onderdil Harley Davidson dan Brompton
Menteri BUMN Erick Thohir saat konferensi pers terkait penyelundupan motor Harlery Davidson dan sepeda Brompton menggunakan pesawat baru milik Garuda Indonesia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (5/12/2019). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir membeberkan kondisi Garuda Indonesia yang merugi saat ini.

Hingga September 2021, diketahui maspakai plat merah tersebut terlilit utang hingga USD 9,78 miliar. Jika disetarakan dengan mata uang Rupiah, kata utang Garuda Indonesia mencapai sekitar Rp140 triliun.

Menteri Erick mengungkapkan, kerugian perusahaan penerbangan pelat merah ini akibat bisnis model yang salah urus. Di mana ini terus berlanjut berpuluh-puluh tahun hingga puncaknya meledak saat pandemi Covid-19 di awal 2020.

"Sejak awal Garuda bisnis modelnya sudah salah dan ini sudah berlanjut puluhan tahun," kata Menteri Erick dalam acara Kick Andy Double Check, Minggu (14/11) malam.

Menteri Erick mengatakan, selama ini Garuda terlalu dimanja karena memiliki domestik market yang sangat kuat. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh oknum di tubuh Garuda Indonesia, dengan pemikiran terbang atau membuka rute keluar negeri.

Pada akhirnya jumlah pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia kini beragam jenis. Dan di buatlah sekenario bahwa jika ingin terbang ke suatu negara harus menggunakan pesawat jenis A atau B. Dengan banyaknya jenis pesawat. Sehingga membuat sewaan pesawat Garuda paling banyak di dunia jumlahnya dalam satu airline industry.

"Pada akhirnya juga kita paling mahal sewa pesawat di Dunia 28 persen yang rata-rata dunia itu 6 persen daripada pos operasional," katanya.

Menteri Erick bahkan menyebut ada skenario mencari uang di penyewaan pesawat. Hal itu terbukti Komisi Pemberantasan Korupsi sudah memenjarakan beberapa oknum.

"Yang kemahalan yang tidak terbukti ada unsur uang balik. Yaitu bodohnya kita negosiasinya karena itu apa sejak awal kita bilang bahwa bisnis model Garuda, Citilink harus kembali ke market lokal," jelasnnya.

Sebab itu, Mantan Bos Inter Milan melihat yang dihadapi Garuda saat ini sangat complexity. Semata-mata bukan karena kejadian hari ini, akan tetapi sudah kejadian berpuluh-puluh tahun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Nasib Garuda Indonesia

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Menteri Erick juga berbicara mengenai nasib Garuda Indonesia. Dia mengatakan, saat ini Garuda tengah masuk dalam proses restrukturisasi. Di mana seluruh manajemen dan pemerintah tengah berjuang melakukan negosiasi kepada para lessor dan juga kreditur.

"Jadi kita harus jalan ke situ dulu bukan pilihan yang mudah setelah ini direstrukturisasi, bisnis modelnya kita harus fokus dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan untuk menyehatkan keuangan daripada Garuda," katanya.

Dia menambahkan, perbaikan garuda harus dijalankan seperti halnya kasus Jiwasraya. Dia tidak menutup mata kedua kasus ini memang perlu diselesaikan secara serius untuk menentukan nasib kedua Perseroan tersebut.

"Perbaikan garuda harus dijalankan hari ini seperti kemarin kita tidak penutup mata Jiwasraya harus diselesaikan juga. Saat ini kalau Garuda baru awalnya. Inilah penting ke depan daripada Garuda dan kemarin kita dengan segala kesempitan dan kesempatan tanda tangan dengan Uni Emirate jadi masih ada kepercayaan Garuda," katanya.

"Tetapi kita jangan cinta buta. Cinta buta yang akhirnya juga membahayakan pengambilan keputusan dan juga membahayakan Garudanya sendiri yang inilah posisi-posisi yang memang tidak semudah itu bagian dari tanggung jawab BUMN," sambungnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya