Masih PPKM, Wamenkeu Pastikan Pemulihan Ekonomi Indonesia Lanjut

Kondisi ekonomi saat ini disebut-sebut masih dalam kondisi pemulihan

oleh Arief Rahman H diperbarui 19 Nov 2021, 12:52 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 12:30 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi ekonomi saat ini disebut-sebut masih dalam kondisi pemulihan sejak adanya pembatasan akibat meningkatnya kasus Covid-19 di pertengahan tahun ini. Hal ini terjadi meski pemerintah masih menerapkan PPKM.

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menaksir pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 4 persen untuk periode sepanjang tahun 2021.

Kondisi pemulihan ekonomi yang disebutnya terlihat dari beberapa grafik data yang ditampilkan dalam paparannya. Secara singkat ada dua kategori yang menunjukkan pemulihan, yakni dari sisi konsumsi dan produksi.

Di sisi konsumsi, terlihat peningkatan di Consumer Confidence Index hingga Oktober 2021 mulai membaik seiring pelonggaran PPKM di berbagai daerah. Kemudian, Retail Sales Index yang juga terus mengalami penguatan seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Serta Mandiei Spending Index yang terus mengalami kenaikan yang mengindikasikan peningkatan konsumsi.

“Dari sisi produksi kita ambilkan PMI Manufaktur, ekspor impor, semua bisa lihat ekornya di sebelah kanan semua di posisi meningkat, berbarti kita ada di posisi pemulihan ekonom,” katanya dalam OJK Mengajar, Jumat (19/11/2021).

“Ekspor-impor naik, konsumsi listrik juga meningkat. Ini kita senang dalam situasi yang seperti ini,” imbuhnya.

Suahasil menilai pemulihan ekonomi tak serta merta muncul di tengah pandemi Covid-19. Salah satu yang berperan yakni pergerakan atau mobilitas masyarakat. Dengan peningkatan mobilitas akibat turunnya kasus aktif Covid-19, sehingga mampu memberikan angin segar ke kegiatan ekonomi.

“Kita lihat grafik mobilitas manusia ada tren meningkat, Efeknya kepada variable ekonomi termasuk pertumbuhan, employment, revenue dan termasuk penerimaan negara,” kata Suahasil.

Bahkan, ia menaksir suasana naik turunnya grafik baik dari pertumbuhan ekonomi, pergerakan masyarakat dan tingkat kasus sangat mungkin terjadi kembali di waktu yang akan datang.

“Bukan tidak mungkin, karena kita tahu kalau kasus Covid-19 lagi naik, mungkin bisa kita turunkan, tapi kalau lagi dibawah, virusnya belum tentu hilang, tapi akan tetap ada bersama kita, yang harus dilakukan adalah protokol kesehatan dan vaksinasi,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pasar Uang

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa kondisi pasar keuangan domestik dinilai kondusif. Ia menyebut kondisi ekonomi saat ini bisa terlihat dalam pertumbuhan pada teritori positif.

Dari materi yang ditampilkannya, yield SBN dalam tren menurun di tengah meningkatnya yield US Treasury, lalu partisipasi investor domestik di pasar SBN meningkat dengan kepemilikan SBN didominasi oleh Perbankan.

Lalu, rupiah dan tren IHSG dalam tren meningkat. Naun sentimen negatif global memberikan tekanan pada pasar SBN yang berakibat pada capital outflow. Kemudian, pasar keuangan domestik yang kondusif dan kuatnya fundamental indonesia berdampak positif pada kinerja lelang SBN di pasar perdana. Terakhir, kinerja IHSG positif dan menyentuh level tertinggi dalam sejarah.

“Kondisi ekonomi indonesia saat ini maka kita bisa lihat bahwa pertumbuhan ekonomi di teritori positif, kalau di 2020 kita dalam teritori negatif bahwa triwulan I 2021 kita masih slightly negatif, masih minus 0,71 persen, di Q2 meningkat di Q3 ada moderasi dan ini proses sangat wajar untuk menuju ekuilibrium baru,” paparnya.

“Kita harap di akhir tahun keseluruhan tahun 20201 kita bisa tumbuh sekitar 4,0 persen. ini resultan keseluruhan Q1 sampai Q4,” kata dia.

Kondisi pertumbuhan ekonomi positif, kata dia, cukup penting dalam memberikan optimisme kepada dunia usaha. Dengan begitu, pengusaha masih bisa terus menjalankan kegiatan ekonominya yang berimbas pada peningkatan pendapatan.

PICTURE FIRST: Indonesia Tidak Aman untuk Hewan Liar

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya