Harga Minyak Melonjak, Melawan Kerugian Jumat Lalu Akibat Varian Omicron

Pada Jumat lalu, harga minyak WTI jatuh 13 persen yang merupakan penurunan terburuk sejak April 2020.

oleh Tira Santia diperbarui 30 Nov 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2021, 08:00 WIB
ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan harga minyak AS, naik USD 1,80 atau 2,6 persen. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Senin karena para pedagang melihat aksi jual yang terjadi pada Jumat lalu sehingga membuat harga minyak jatuh dalam sudah terlalu berlebihan.

Pada Jumat lalu harga minyak memang anjlok didorong kekhawatiran akan varian baru Omicron yang diperkirakan akan menahan permintaan produk minyak bumi.

Mengutip CNBC, Selasa (30/11/2021), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan harga minyak AS, naik USD 1,80 atau 2,6 persen menjadi USD 69,95 per barel. Pada perdagangan Senin ini harga minyak sempat naik ke USD 72,93 per barel.

Pada Jumat lalu, harga WTI jatuh 13 persen yang merupakan penurunan terburuk sejak April 2020. Harga minyak juga ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak November 2020.

Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan minyak internasional, naik 0,99 persen menjadi USD 73,44 per barel. Harga minyak ini turun 11,55 persen pada perdagangan Jumat, dan bersama dengan WTI mencatat kerugian minggu kelima berturut-turut.

Analis di Commerzbank mengatakan bahwa kemerosotan harga minyak yang terjadi pada Jumat lalu berlebihan.

“Diakui, varian omicron memicu kekhawatiran tentang permintaan, tetapi belum mungkin untuk memberikan angka serius tentang efek apa yang benar-benar akan terjadi pada permintaan.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tren Pelemahan

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelum penurunan tajam pada hari Jumat minggu lalu, harga minyak telah mencetak tren penurunan setelah WTI mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun di atas USD 85 pada Oktober. Harga minyak mentah Brent mencapai level tertinggi tiga tahun bulan lalu.

Mengingat rebound harga minyak yang kuat pada 2021, analis di RBC mengatakan bahwa beberapa aksi jual pada hari Jumat dapat dikaitkan dengan langkah para pedagang untuk mengambil keuntungan.

"Setidaknya penurunan yang terjadi pada hari Jumat adalah fungsi dari pengurangan risiko, yang mungkin berpotensi terjadi untuk tahun ini," tulis RBC dalam sebuah catatan kepada klien.

“Setelah 11 bulan harga minyak bergerak menguat, pedagang lebih suka mengurangi risiko dan melindungi daripada melawan gelombang peristiwa pergerakan pasar seperti COVID.”

Pergerakan jungkat-jungkit harga minyak terjadi menjelang pertemuan penting antara OPEC dan sekutu penghasil minyaknya, di mana kelompok itu akan memutuskan kebijakan produksi untuk Januari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya