AP I Putar Otak Benahi Kinerja, Target Kantongi Rp 3,8 T dari Restrukturisasi

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara AP I.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Des 2021, 19:28 WIB
Diterbitkan 05 Des 2021, 19:28 WIB
Bandara Internasional Sepinggan (Foto: Dok PT Angkasa Pura I)
Bandara Internasional Sepinggan (Foto: Dok PT Angkasa Pura I)

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I atau AP I tengah mengalami tekanan terhadap kinerja perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19. Sebagai upaya keluar dari tekanan tersebut, AP I menyusun skema restrukturisasi finansial maupun operasional yang direncanakan rampung pada Januari 2022.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi, menargetkan total hasil restrukturisasi akan mencapai tambahan dana sebesar Rp 3,8 triliun, efisiensi biaya sebesar Rp 704 miliar dan perolehan fund raising sebesar Rp 3,5 triliun.

Kemudian, dengan adanya pembangunan bandara Angkasa Pura I maka secara konsolidasi menambah aset perusahaan. Di 2021 ini akan mencapai Rp 44 triliun dari semula Rp 24 triliun di 2017, saat proyek-proyek pengembangan bandara mulai dilaksanakan.

Diketahui, pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara AP I. Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang.

Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.

“Namun di tengah situasi sulit ini, manajemen telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis untuk meminimalisir dampak pandemi terhadap kinerja Angkasa Pura I, yaitu dengan melakukan restrukturisasi operasional dan finansial," ujar dia dalam keterangan resmi, Minggu (5/12/2021).

Faik mengakui kondisi keuangan dan operasional perusahaan pun terdampak pandemi Covid-19. Buktinya, pendapatan 2019 yang mencapai Rp 8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp 3,9 triliun.

Kemudian diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.

“Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara,” kata Faik.

Selama pandemi, AP I melakukan sejumah pengembangan di bandara kelolaan yang berada dalam kondisi lack of capacity. Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun, dan Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan Rp2,3 triliun.

Kemudian, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, serta Bandara El Tari Kupang.

Seluruhnya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.

"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I,” kata Faik.

 

Upaya Restrukturisasi

Angkasa Pura I terus melakukan pembenahan Bandara Sentani Jayapura untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan PON XX. (Dok AP I)
Angkasa Pura I terus melakukan pembenahan Bandara Sentani Jayapura untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan PON XX. (Dok AP I)

Dalam restrukturisasi, perusahaan akan melakukan upaya asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi serta mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru (transformasi bisnis).

"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan. Terutama kemampuan kami untuk memastikan penambahan pendapatan cash in, efisiensi biaya dan upaya fund raising,” kata dia.

“Hal yang menggembirakan adalah adanya kenaikan trafik penumpang di akhir-akhir ini hingga mencapai 129.000 pada 28 November lalu dari rata-rata trafik sebelumnya yang hanya hanya sekitar 55.000 - 60.000 per hari. Hal ini yang membuat optimisme kami terjaga," ujar Faik Fahmi.

Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha yang dilakukan Angkasa Pura I adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya.

Serta pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali; dan mengembangkan airport city Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) serta eks Bandara Selaparang Lombok.

"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap, dengan berbagai inisiatif strategis tersebut kami optimis dapat bertahan menghadapi kondisi sulit ini dan mulai bangkit pada 2022 serta dapat mencatatkan kinerja keuangan positif,” tuturnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya