Real Estate China Evergrande Dianggap Gagal Bayar Utang Senilai USD 300 Miliar

Fitch, sebuah lembaga yang menilai risiko keuangan perusahaan, untuk menyatakan Evergrande menghadapi default (gagal bayar utang).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Des 2021, 12:50 WIB
Diterbitkan 10 Des 2021, 12:50 WIB
FOTO: Aktitvitas Pekerja Bangunan Bertingkat Tertinggi di Wuhan
Sejumlah pekerja konstruksi bekerja di ketinggian sekitar 500 meter di lokasi pembangunan sebuah bangunan bertingkat tinggi di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah (11/8/2020). Para pekerja konstruksi harus menghadapi ketinggian dan panasnya udara musim panas. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis utang perusahaan real estate China, Evergrande kian memburuk setelah mereka melewatkan tenggat waktu untuk pembayaran yang penting.

Evergrande, dengan kewajiban membayar lebih dari USD 300 miliar, gagal memenuhi pembayaran bunga kepada investor internasional.

Hal itu mendorong Fitch, sebuah lembaga yang menilai risiko keuangan perusahaan, untuk menyatakan Evergrande menghadapi default (gagal bayar utang).

Diketahui bahwa krisis utang tersebut telah menuai kekhawatiran di antara para investor akan dampak di sektor properti dan perbankan China.

Evergrande seharusnya membayar bunga pinjaman internasional sekitar USD 1,2 miliar pada Senin (6/12). Tapi sampai Rabu (8/12) uang itu masih belum ditransfer.

Kemudian pada Kamis (9/12), Fitch, salah satu lembaga pemeringkat kredit terbesar di dunia, menyatakan Evergrande menghadapi default - sebuah situasi yang dapat menghambat pembicaraan restrukturisasi perusahaan dengan investor.

Fitch, yang peringkat risikonya diikuti oleh investor besar yang ingin mengerahkan miliaran dolar, mengatakan telah menghubungi Evergrande tentang non-pembayaran tetapi tidak mendapat tanggapan.

"Oleh karena itu kami berasumsi mereka tidak dibayar," kata Fitch.

Upaya Pembayaran Lewat Penjualan Aset

FOTO: Aktitvitas Pekerja Bangunan Bertingkat Tertinggi di Wuhan
Sejumlah pekerja konstruksi bekerja di ketinggian sekitar 500 meter di lokasi pembangunan sebuah bangunan bertingkat tinggi di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah (11/8/2020). Para pekerja konstruksi harus menghadapi ketinggian dan panasnya udara musim panas. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Evergrande telah menjual aset mereka dalam beberapa bulan terakhir untuk mengumpulkan dana untuk membayar utang kepada pelanggan, investor, dan pemasok.

Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, perusahaan tersebut mengatakan tidak dapat menjamin "untuk melakukan kewajiban keuangannya". Setelah pernyataan itu, harga saham Evergrande anjlok. 

Pengusaha China yang mendirikan Evergrande, adalah Hui Ka Yan. Perusahaan real estat tersebut sebelumnya dikenal sebagai Grup Hengda pada tahun 1996 di Guangzhou, China selatan.

Evergrande Real Estate saat ini memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di seluruh China.

Grup Evergrande yang lebih luas sekarang mencakup lebih dari sekadar pengembangan real estat.

Bisnisnya berkisar dari manajemen kekayaan, membuat mobil listrik dan manufaktur makanan dan minuman. Evergrande bahkan memiliki salah satu tim sepak bola terbesar di negara itu - Guangzhou FC.

Hui Ka Yan, pernah menjadi orang terkaya di Asia dan, meskipun melihat kekayaannya merosot dalam beberapa bulan terakhir, menurut Forbes, ia memiliki kekayaan pribadi lebih dari USD 10 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya